Kamis, 15 Juli 2021

Audio ke-05 : Muqoddimah #4 Latar Belakang Penulisan Kitab Bag 02

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-05
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝ 

🗓  JUM'AT
         06 Dzulhijjah 1442 H
         16 Juli 2021 M 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

💽   Audio ke-05 : Muqoddimah #4 Latar Belakang Penulisan Kitab Bag 02
════════════════

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله و صحبه و من تبع هداه

Kaum muslimin dan muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS atau Grup Islam Sunnah yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'Ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Baiklah, kita lanjutkan kajian kita.

Beliau menyebutkan perkataan - perkataan para Imam mazhab yang mereka melarang untuk bertaqlid kepada mazhab-mazhab para Imam tersebut. Perkataan - perkataan para Imam mazhab agar mengikuti as sunnah dan tidak mengikuti perkataan - perkataan, pendapat -pendapat mereka yang menyelisihinya. 

Perkataan yang sangat banyak, yang beliau sebutkan. Imam Syafi'i juga banyak sekali perkataan - perkataan beliau yang menjelaskan tentang tentang hal ini,

إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فقولوا بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ودعوا ما قلت

Jika kalian menemukan di dalam buku - buku ku hal yang berseberangan dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berpendapatlah dengan sunnah Rasulullah dan tinggalkanlah apa yang aku katakan. Ini perkataan Imam Syafi'i Rahimahullah. 

فاتبعوها ولا تلتفتوا إلى قول أحد

Ikutilah Sunnah itu dan jangan menoleh kepada perkataan siapapun. Tidak usah memperhatikan perkataan orang lain. 

Kalau sudah ada perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Dalam perkataan yang lain Imam Syafi'i Rahimahullah mengatakan :

 إذا رأيتموني أقول قولا وقد صح عن النبي و خلاقه فاعلموا أن عقلي قد ذهب

Apabila kalian melihatku mengatakan suatu perkataan, suatu pendapat, sementara sudah ada hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengannya maka ketahuilah bahwa akalku ketika itu telah hilang.

Ini perkataan Imam Syafi'i rahimahullah. 

كل حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم فهو قولي وإن لم تسمعوه مني

Setiap hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itulah pendapatku. Walaupun kalian tidak mendengar dari aku.

Imam Ahmad juga demikian.

Banyak sekali perkataan - perkataan beliau. Bahkan beliau melarang membukukan perkataan - perkataannya. Takut kalau nantinya pengikutnya bertaqlid buta kepada kepada beliau. Tapi Allah berkehendak lain, berkehendak ada mazhab Hambali walaupun Imam Ahmad bin Hambal tidak menginginkan hal tersebut. Tidak menginginkan perkataan - perkataannya dibukukan, dikumpulkan. Tapi karena Allah menginginkan kebaikan untuk Imam Ahmad dan melihat keikhlasan beliau dalam beragama, akhirnya ada mazhab Hambali yang diambil dari perkataan - perkataan Imam Ahmad yang dibukukan oleh para pengikutnya. Ketika beliau menjawab pertanyaan, dibukukan oleh para pengikutnya. 

Di antara perkataan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah adalah perkataan beliau:

لا تقلدني ، 

Jangan kalian jangan bertaqlid buta kepadaku.

ولا تقلد مالكة ولا الشافعي ولا الأوزاعي ولا الثوري وخذ من حيث أخذوا

Dan jangan kalian bertaqlid buta kepada Imam Malik, kepada Imam Syafi'i,."

Imam Malik, Imam Syafi'i gurunya Imam Ahmad. 

Dan kepada murid - muridnya beliau, beliau mengatakan, "Jangan bertaqlid kepada guru - guruku, apalagi kepada beliau yang murid gurunya."

Kepada guru - gurunya beliau saja beliau mengatakan demikian. Jangan bertaqlid kepada Imam Malik, jangan bertaqlid kepada Imam Syafi'i, jangan bertaqlid kepada Imam Auza'i. Ada dahulu mazhab Auza'i, Mazhab Auza'i namun hilang karena tidak adanya murid - murid yang membukukan ilmu beliau dan menyebarkannya kepada manusia. 

ولا الثوري

Jangan bertaqlid buta kepada Imam Ats Tsauri.

وخذ من حيث أخذوا

Ambillah dari mana mereka mengambil hukum tersebut.

Ambilah dari dalilnya. Kalau kalian bisa mengambil dari dalil, maka ambil lah dari dalilnya. 

لا تقلد دينك أحدة من هؤلاء

Perkataan Imam Ahmad, jangan bertaqlid buta kepada salah seorang pun dari mereka, dari para imam - imam tersebut dalam masalah agamamu.

ما جاء عن النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه ف قذ به

Apapun yang berasal dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabat beliau, maka ambil lah.

 ثم التابعين بعد الرجل فيه مخير

Kemudian ambillah dari perkataan - perkataan tabi'in, kemudian setelah generasi ini. Maka seseorang bisa memilih untuk diikuti ataupun tidak sesuai dengan dalilnya.

Intinya, inilah perkataan - perkataan para imam mazhab yang dari empat mazhab yang ada. Semuanya mengingkari taqlid buta. Semuanya melarang para pengikutnya untuk bertaqlid buta kepada mereka. 

Bahkan, Imam Al Muzani (murid seniornya Imam Syafi'i rahimahullah) ketika beliau meringkas ilmu Imam Syafi'i dalam kitab beliau Al Mukhtashar, beliau menulis perkataan di dalam muqaddimahnya bahwa beliau meringkas kitab ini bukan agar orang - orang bertaqlid buta kepada Imam Syafi'i. 

Jadi beliau meringkas ilmu - ilmu Imam Syafi'i dari kitab Al 'Um yang sangat tebal tersebut dalam ringkasan yang tipis. 

Beliau mengingatkan kepada orang - orang setelahnya, agar mereka tidak bertaqlid buta kepada Imam Syafi'i Rahimahullah. Beliau mengatakan, "Saya meringkas ini agar orang- orang bisa berhati - hati dalam agamanya."  

Beliau beri nama kitab tersebut dengan nama Al Mukhtashar yang terkenal dengan nama Mukhtashar Al Muzani, yaitu ringkasannya  Imam Muzani. 

Dan imam - imam mazhab juga demikiannya. 

Apalagi di awal - awal Islam, walaupun mereka menisbatkan, menyandarkan dirinya kepada mazhab tertentu tapi mereka tidak bertaqlid buta. Kalau mereka melihat ada pendapat lain yang dalilnya lebih kuat mereka ambil. 

Sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa bermazhab tidaklah tercela, yang tercela adalah fanatik terhadap mazhab tersebut. Fanatik buta terhadap mazhab tersebut. 

Ada hadits yang jelas shahih, yang menjelaskan hukum masalah tertentu. Tapi tetap mengikuti mazhabnya misalnya. Maka ini yang tercela.  Karena tidak ada yang lebih mulia, tidak ada yang lebih tinggi perkataannya melebihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'Ala. 

Semua perkataan Imam, apabila dibandingkan dengan perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mana yang lebih mulia, mana yang lebih berhak untuk diikuti? Jelas perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini.

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala.

InsyaaAllah, kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

🌏 WebsiteGIS: grupislamsunnah.com
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar