Rabu, 13 Oktober 2021

Audio ke-64: Pembahasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Mengumpulkan 2 Surat yang Maknanya Hampir Sama dalam 1 Rakaat Bag 02

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           *☛ Pertemuan ke-64*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝ 

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

🗓  KAMIS
        07 Rabi'ul Awwal 1443 H
        14 Oktober 2021 M 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

💽   Audio ke-64: Pembahasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Mengumpulkan 2 Surat yang Maknanya Hampir Sama dalam 1 Rakaat Bag 02 

══════════════════ 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya.


Kalau saya melihat keterangan atau penjelasan-penjelasan yang seperti ini; bacaan-bacaan surat yang dulu dibaca Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam dalam shalatnya; saya ingat dengan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjaga agama ini. Bayangkan sudah 1400 tahun penjelasan yang sangat detil seperti ini bisa sampai kepada kita dengan sanad-sanad yang shahih. Ini sesuatu yang menakjubkan. Seakan-akan kita melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sekarang sedang shalat dan membaca dengan surat-surat yang disebutkan. 

Ini baru sebagiannya, belum nanti keterangan selanjutnya. Ini menunjukkan bahwa memang agama Islam ini agama yang memang benar-benar dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kemurniannya. Memang ada orang-orang yang berusaha untuk merusak agama Islam. Tapi tetap saja kalau kita mencari Islam yang murni, sampai sekarang kita akan dapatkan itu. Dengan sanad-sanad yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, benar-benar itu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. 

Tidak ada yang seperti agama Islam, dalam penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap agama Islam ini. 

{ إِنَّا نَحۡنُ ‌نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ } 

"Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an) dan kamilah yang benar-benar akan menjaganya" (QS. Al-Hijr: 9) 

Kalau Al-Qur’an dijaga, maka pendukung-pendukung Al-Qur’an pun akan dijaga. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa Sallam dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, syariat Islam ini juga dijaga. Setiap 100 tahun Allah mengutus seorang pembaharu yang memperbarui agama Islam, maksudnya menguatkan kembali agama Islam. Ini merupakan keistimewaan agama Islam. Selalu dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kemurniannya. 

Ada sebuah faidah yang bisa kita ambil dari penjelasan ini, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak mengurutkan bacaannya sesuai dengan urutan mushaf yang ada di dalam/di zaman kita ini. Dalam mushaf Al-Qur’an tersebut ada urutan-urutannya. Kalau kita lihat, di sini Beliau tidak mengurutkan sebagaimana urutan yang ada di dalam Al-Qur’an. Kadang-kadang membaca surat, kemudian surat setelahnya; sebenarnya dalam urutan mushaf itu adalah surat sebelumnya. 

Misalnya di sini, membaca surat Ar-Rahmaan dan An-Najm dalam satu rakaat. Surat An-Najm itu lebih dahulu dalam urutan mushaf daripada surat Ar-Rahmaan. Tapi di sini Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam membaca surat Ar-Rahmaan dan membaca surat An-Najm. Membaca surat Ar-Rahmaan dahulu kemudian membaca surat An-Najm. Tidak sesuai dengan urutan mushaf. 

Ini menunjukkan kalau dalam satu rakaat saja tidak menjadi masalah kita membaca surat yang lebih akhir, kemudian membaca surat setelahnya surat yang lebih awal, apalagi kalau dalam dua rakaat. Maka tidak masalah, misalnya, kita membaca di rakaat pertama An-Naas misalnya. Kemudian di rakaat kedua membaca Al-Kaafiruun misalnya. Tidak menjadi masalah, karena hadits-hadits ini. Kalau dalam satu rakaat saja tidak masalah, apalagi dalam dua rakaat. 

Contohnya lagi misalnya Beliau membaca, kadang-kadang membaca Ath-Thuur dan Adz-Dzaariyaat. Adz-Dzaariyaat ini dalam urutannya lebih dahulu daripada Ath-Thuur. Jadi Adz-Dzaariyaat dahulu, setelah Adz-Dzaariyaat: Ath-Thuur. Tapi Beliau membaca Ath-Thuur, kemudian membaca Adz-Dzaariyaat. 

Di sini juga sangat jelas, {wailul lil muthaffifiin} wa {‘Abasa}. Lebih duluan mana, {‘Abasa} atau {wailul lil muthaffifiin}? ‘Abasa. Tapi di sini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membaca {wailul lil muthaffifiin} kemudian membaca {‘Abasa}. Tidak urut seperti urutan mushaf. 

Wal Muddatstsir wal Muzzammil. Surat Al-Muddatstsir itu lebih akhir daripada surat Al-Muzammil. Dalam urutan mushaf Al-Muzzammil dahulu, setelah Al-Muzzammil apa? Al-Muddatstsir. Tapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di sini mendahulukan surat Al-Muddatstsir kemudian membaca surat Al-Muzzammil. 

Contohnya lagi surat {hal ataa} dan surat {laa uqsimu}. Jelas surat {laa uqsimu} itu lebih dahulu. Surat Al-Qiyamah itu lebih dahulu daripada surat Al-Insaan, tapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membaca surat Al-Insan, kemudian setelah itu membaca surat Al-Qiyamah. 

Begitu pula selanjutnya, {‘amma yatasaa`aluun wal mursalaat}. Dalam satu rakaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membaca surat An-Naba' dahulu kemudian membaca surat Al-Mursalaat. Padahal urutannya surat Al-Mursalaat itu akhir juz 29, setelah itu mulai juz 30 {‘amma yatasaa`aluun}. Harusnya Al-Mursalat kemudian {‘amma yatasaa`aluun}. Tapi Rasulullah baca {‘amma yatasaa`aluun} dahulu, kemudian membaca surat Al-Mursalaat. 

Ini contoh-contoh dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengurutkan bacaan di dalam shalatnya sebagaimana urutan mushaf. Kadang beliau membaca surat yang lebih akhir dahulu, kemudian setelah itu membaca surat yang lebih awal dalam urutan mushafnya. 


Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar