Selasa, 30 November 2021

Audio ke-98 : Pembahasan tentang Memanjangkan I'tidal dan Wajibnya Tumakninah di dalamnya══════════════

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-98*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 RABU
        26 Rabi'uts Tsani 1443 H
        01 Desember 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-98 : Pembahasan tentang Memanjangkan I'tidal dan Wajibnya Tumakninah di dalamnya
══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

(Kita masuk pada pembahasan, -ed)

[ إِطَالَةُ هٰذَا الْقِيَامِ، وَوُجُوْبُ الاِطْمِئْنَانِ فِيْهِ. ] 

Memanjangkan rukun I'tidal. 
I'tidal ini tuma'ninah-nya wajib. 
Wajib kita tuma'ninah; memanjangkannya sunnah. 

Ini mungkin beliau singgung di sini karena ada sebagian mazhab -mazhabnya Hanafiah- madzhab ini mengatakan, kalau I'tidalnya lama akan memutus shalat, akan membatalkan shalat. Makanya beliau di sini benar-benar memberikan judul yang tegas: wajibnya tuma’ninah dan disunnahkan untuk melamakan rukun ini. 

Makanya jangan heran kalau antum melihat orang-orang yang bermazhab Hanafi, itu I’tidalnya dijadikan oleh mereka sebentar. Antum akan mengira mereka tidak tuma’ninah dalam I’tidalnya. Tapi itulah mazhabnya mereka. Tuma’ninah tidak wajib, kemudian I’tidal itu harusnya cepat. Itulah mazhab mereka seperti itu. 

Tapi yang jelas hal tersebut bertentangan dengan banyak hadits Nabi Muhammad ﷺ. Bagi yang pernah umrah atau pernah haji, orang-orang Turki, itu mereka rata-rata bermazhab Hanafi. I’tidalnya kadang-kadang malah belum tegak. Kata mereka: karena I’tidal ini hanya untuk memisah antara rukuk dengan sujud saja, jadi cukup sebentar saja. Ini untuk memisah antara rukuk dan sujud. Mereka beralasan seperti itu. 

Begitu pula duduk antara dua sujud. Duduk antara dua sujud, mereka mengatakan tujuannya untuk memisah antara sujud yang pertama dengan sujud yang kedua. Makanya duduknya sebentar saja. Antum akan lihat mereka juga seperti itu, duduk antara dua sujudnya juga sebentar. Mereka tidak mewajibkan tuma’ninah. 

وَكَانَ ﷺ يَجْعَلُ قِيَامَهُ هَذَا قَرِيْبًا مِنْ رُكُوْعِهِ كَمَا تَقَدَّمْ، 

Dahulu Rasulullah ﷺ menjadikan I’tidalnya ini hampir sama dengan rukuknya, sebagaimana keterangan yang sudah lalu. 

بَلْ ❲ كَانَ يَقُوْمُ أَحْيَانًا حَتَّى يَقُوْلَ الْقَائِلْ : ❲ قَدْ نَسِيَ؛ [ مِنْ طُوْلِ مَا يَقُوْمُ ]  ❳
_(رواه البخاري ومسلم وأحمد)_ 

Bahkan kadang-kadang Rasulullah ﷺ menjadikan I’tidalnya ini sangat lama sekali, sampai-sampai orang yang melihatnya bisa sampai mengatakan: Rasulullah ini kayanya sedang lupa, kok lama sekali I’tidalnya, mungkin sedang lupa; saking lamanya I’tidalnya Rasulullah ﷺ. 

وَكَانَ يَأْمُرُ بِالاِطْمِئْنَانِ فِيْهِ، 

Dan Rasulullah ﷺ memerintahkan tuma’ninah dalam rukun ini. 

فَقَالَ لـ ❲ لْمُسِيْءِ صَلَاتَهُ ❳ : ❲ ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَعْتَدِلَّ قَائِمًا؛ ❳  

Kemudian angkatlah kepalamu sampai kamu benar-benar berdiri dalam keadaan tegak. 

[ فَيَأْخُذُ كُلَّ عَظْمٍ مَأْخَذَهُ ] 

Maka setiap tulang mengambil tempatnya masing-masing. 

وَذَكَرَ لَهُ : ❲ أَنَّهُ لَا تَتِمُّ صَلَاةُ  لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ إِذَا لَمْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ❳ 

Dan Beliau mengatakan ﷺ : bahwa shalat seseorang tidak sempurna sampai dia melakukan hal tersebut. 

وَكَانَ يَقُوْلُ : ❲ لَا يَنْظُرُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى صَلَاةِ عَبْدٍ لَا يُقِيْمُ صُلْبَهُ بَيْنَ رُكُوْعِهَا وَسُجُوْدِهَا ❳ 

Dan Rasulullah ﷺ dahulu mengatakan: Allah tidak akan melihat shalatnya seorang hamba yang tidak menegakkan punggungnya di antara rukuk dan sujudnya (yaitu ketika I'tidal). 

Intinya I'tidal itu harus benar-benar tegak berdiri dan mengembalikan semua tulang kembali ke posisinya masing-masing. Jadi benar-benar tegak berdiri, tangan pun dijulurkan. Sunnahnya tangan itu dijulurkan, dan di sini ada khilaf. Di sini ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Bahkan ulama-ulama kontemporer pun, perbedaan pendapat ini sangat kuat. 

Syaikh Utsaimin Rahimahullahu Ta'ala, beliau mengatakan: sunnahnya ketika I’tidal itu bersedekap. Ini yang disebutkan oleh Syaikh Utsaimin Rahimahullahu Ta'ala, dan itu pendapat yang beliau kuatkan. Beliau mengatakan (alasan beliau) kata-kata: 

حَتَّى يَأْخُذَ كُلُّ عَظْمٍ مَكَانَهُ. 

Kata-kata bahwa semua tulang itu kembali kepada posisinya masing-masing. Beliau mengatakan, posisi masing-masing sebelum rukuk bagaimana? Bersedekap. Sehingga yang dimaksud dengan posisi masing-masing ketika I’tidal pun, itu seperti sebelum rukuknya. Ketika sebelum rukuknya bersedekap, maka setelah rukuknya juga bersedekap, karena posisi masing-masing sebelum rukuk itu bersedekap.Haditsnya sama tapi cara memahaminya berbeda. 

Kalau Syaikh Albani Rahimahullahu Ta’ala mengatakan: Rasulullah ﷺ ketika mengatakan tulang itu kembali ke posisi masing-masing, yaa posisi naturalnya. Orang ketika berdiri, posisi tulang yang natural adalah dengan menjulurkan tangannya. Kalau sudah ada yang ditekuk berarti dia sudah mengubah posisi tulangnya. Yaa ini dua pendapat dengan dua alasan, mana yang lebih kuat, wallahu a’lam. 

Saya lebih menguatkan pendapatnya Syaikh Albani. Di antara yang disebutkan oleh Syaikh Albani Rahimahullahu Ta’ala dalam masalah ini ketika menguatkan pendapat beliau, beliau mengatakan: "Tidak ada satu riwayatpun yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya ketika I’tidal." 

Padahal perkataan itu banyak kita dapatkan di berdiri, berdiri sebelum rukuk. Ketika berdiri sebelum rukuk, banyak sekali riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ dahulu meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. Dan redaksi seperti ini atau riwayat seperti ini, tidak ada satupun pada rukun I’tidal. 

Yang ada di rukun I’tidal adalah bahwa semua tulang menempati tempatnya masing-masing. Dan secara natural, anatomi manusia ketika berdiri, dan dikatakan semua tulang menempati tempatnya masing-masing, itu dengan menjulurkan tangan, dengan menjulurkan atau melepaskan tangan seperti orang berdiri. Dan ini lebih sesuai dengan keadaan rukun-rukun yang lain. 

Di setiap shalat, ketika kita berpindah dari satu gerakan ke gerakan lain, itu bentuknya berbeda-beda. Ketika berdiri ada sedekap; ketika rukukpun beda dengan berdiri. Ketika sujud, berbeda dengan rukuk, berbeda dengan berdiri. Ketika duduk berbeda dengan rukuk, berbeda dengan sujud. 

Maka harusnya I’tidal juga berbeda dengan berdiri sebelum rukuk. Jadi gerakan-gerakan dalam shalat itu berbeda-beda. Makanya I’tidal juga harusnya demikian,  berbeda dengan berdiri sebelum rukuk. 

Ini alasan yang menguatkan pendapatnya Syaikh Albani Rahimahullahu Ta’ala dalam masalah-masalah ini. Wallahu a’lam. 

Khilaf dalam masalah ini hanyalah khilaf mana yang lebih afdal. Kita harus tahu yaa, khilaf-khilaf seperti ini, ini masuk jenis khilaf yang bagaimana. Ini bukan khilaf antara boleh dan tidak boleh. 

Kalau menurut Syaikh Albani, beliau mengatakan, bahwa bersedekap ketika I’tidal itu bid’ah. Syaikh Albani berpendapat seperti ini dan kita tidak setuju dengan pendapatnya, karena tidak ada satupun orang yang mengatakan demikian sebelum beliau. Tidak ada satupun orang yang mengatakan bahwa bersedekap ketika I’tidal itu bid'ah. Bahkan ada ulama-ulama salaf di zaman dulu yang mengatakan bahwa bersedekap ketika I’tidal itu boleh. 

Ya makanya Syaikh Albani Rahimahullahullahu Ta’ala beliau bisa dikatakan kemungkinan besar salah dalam mengatakan bahwa itu bid’ah. Tapi mengatakan bahwa menjulurkan tangan ketika I’tidal itu sunnah, maka ini kita sepakati. 

Khilaf dalam masalah ini, khilaf mana yang lebih afdal. Misalnya ada orang yang berpendapat bahwa yang lebih afdal menjulurkan tangannya tapi dia besedekap, boleh tidak? Boleh. Karena dia meninggalkan yang lebih afdal. 

Kalau ada yang berpendapat bahwa besedekap itu lebih afdal, kemudian dia menjulurkan tangannya, boleh tidak? Boleh, karena dia meninggalkan yang lebih afdal saja, tidak sampai melakukan yang diharamkan. 

Mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik masalah ini. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ’Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته. 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Senin, 29 November 2021

Audio ke-97 : Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 05

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-97*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 SELASA
        25 Rabi'uts Tsani 1443 H
        30 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-97 : Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 05
══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


(Kita sampai pada pembahasan, -ed) Tentang Macam-Macam Bacaan ketika I'tidal. 

❲ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ❳ 

"Wahai Rabb kami, segala puji bagi-Mu. Pujian yang banyak, pujian yang baik, pujian yang berkah, sebagaimana Engkau cintai dan sebagaimana Engkau ridhai."
_HR. al-Bukhari no. 799 dari hadits Rifa’ah ibnu Rafi’._ 

Ini di antara bentuk bacaan atau bentuk pujian yang kita baca ketika kita I'tidal. Kita bisa punya 10 bacaan ketika I'tidal. Silakan dipilih; kadang-kadang baca yang ini, kadang-kadang baca yang itu, sehingga kita bisa benar-benar menerapkan semua yang pernah diajarkan oleh Rasululllah ﷺ kepada umatnya. Inilah luasnya ilmu syari'at Islam. Ada 10 bacaan. 

Sebelum shalat, coba dihafalkan bacaan-bacaan ini. Hafalkan satu bacaan, kemudian shalat dengan bacaan ini. Dengan begitu, berarti antum pernah menerapkan ilmu antum. Satu bacaan dibaca sebelum shalat, dihafalkan, kemudian shalat dengan bacaan itu. 

Ilmu kalau diterapkan, tidak usah antum hafal; tidak usah antum muroja'ah, antum akan hafal sendiri. 

Dan bacaan-bacaan seperti ini, pujian-pujian ini, bisa kita baca ketika kita akan berdo'a/akan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di luar shalat. 

Ini adalah pujian-pujian yang sangat bagus, dipilih oleh Rasulullah ﷺ ketika shalat. Maka ketika kita berdo'a di luar shalat atau berdo'a lama ketika kita sujud, kemudian kita panjatkan pujian-pujian seperti ini, boleh. 

Sebelum kita berdo’a memanjatkan do’a permintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita baca pujian-pujian yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

[ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ. ] 

Ini kita baca ketika kita mau berdo’a dan kita renungi artinya, kemudian baru berdo'a kepada Allah, baru meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hajat kita. Sangat bermanfaat bagi kita. 

Untuk bacaan:
[ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ]
ini ada keutamaannya. 

Disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala haditsnya:
Bacaan ini pernah dibaca oleh seseorang yang shalat di belakang Rasulullah ﷺ, dan dibaca oleh orang ini ketika I’tidalnya. Setelah itu (setelah orang ini membaca bacaan ini), Rasulullah ﷺ setelah shalatnya bertanya kepada para makmum: 

❲ مَنِ الْمُتَكَلِّمُ آنِفًا؟ ❳ 

"Siapa yang membaca bacaan ini tadi?" 

فَقَالَ الرَّجُلُ : أَنَا يَا رَسُوْلُ اللّٰه ! 

Ada salah seorang sahabat yang mengatakan, "Saya, wahai Rasulullah." 

فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : 

Maka Rasulullah mengatakan kepada orang tersebut: 

❲ لَقَدْ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَا أَيُّهُمَ يَكْتُبُهَا أَوَّلًا. ❳
_(رواه مالك والبخاري وأبو داود)_ 

"Aku benar-benar telah melihat ada 30 sekian malaikat, 
( _sekian_ ini saya pilih untuk terjemahan بِضْعَة yang artinya dalam bahasa Arab adalah/angka dari 2 sampai 9 itu dalam bahasa Arab bisa diwakili dengan kata بِضْعَةٌ , dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya. Angka dari 2-9 dalam bahasa Arab: بِضْعَة ➭ بِضْعَةً  /bidh'ah/  bukan بِدعَة /bid'ah/. Ini dengan [ ض ], dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya, sehingga banyak yang memilih padanan "sekian". )
30 sekian malaikat, mereka semuanya  berlomba-lomba untuk menulis siapa yang pertama kali menulis kalimat ini atau menulis amalan ini dari hamba tersebut." 

Ini menunjukkan betapa mulianya bacaan ini: 

"Wahai Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu. Pujian yang banyak, pujian yang baik, pujian yang berkah, pujian sebagaimana yang Engkau cintai dan Engkau ridhai."
_HR. al-Bukhari no. 799 dari hadits Rifa’ah ibnu Rafi’_ 

________ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Minggu, 28 November 2021

Audio ke-96 : Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 04

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-96*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 SENIN
        24 Rabi'uts Tsani 1443 H
        29 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-96 : Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 04
══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


(Kita sampai pada pembahasan, -ed) Tentang Macam-Macam Bacaan ketika I'tidal. 

Kadang-kadang tambahan bacaan yang dibaca oleh Beliau Rasulullah ﷺ adalah: 

❲ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، ❳ 

Jadi bacaannya: 

[ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، ] 

"Ya Allah Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu, dengan pujian yang sepenuh langit sepenuh bumi, sepenuh ruang di antara langit dan bumi, dan sepenuh apapun yang Engkau kehendaki setelah itu." 

وَتَارَةً يُضِيْفُ إِلَى ذٰلِكَ قَوْلَهُ : 

Kadang-kadang tidak hanya sampai di sini, Beliau menambahinya lagi dengan bacaan lain: 

❲ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ❳
_(رواه مسلم و أبو عوانة)_ 

"Wahai Dzat yang pantas untuk dipuji dan dimuliakan, tidak ada yang dapat menghalangi apapun yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberikan apapun yang Engkau halangi, serta tidak berguna kekayaan bagi pemiliknya untuk menolak hukuman-Mu." 

Tidak ada guna kekayaan bagi pemiliknya untuk menolak hukuman Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Jadi ini bacaannya menjadi panjang: 

[ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ] 

Ini menunjukkan bahwa I’tidalnya Rasulullah ﷺ dulu lumayan panjang. 

وَتَارَةً تَكُوْنُ إِضَافَةْ :

Kadang-kadang tambahan bacaan Beliau: 

❲ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ❳ 
_(رَوَاهُ  مُسْلِمُ وَأَبُوْ عَوَانَةُ وَأَبُوْ دَاوُدُ)_ 

Ada tambahan
[ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ ]

Ini adalah ucapan yang paling pantas untuk dikatakan seorang hamba sahaya, dan semua dari kita adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ada tambahan ini di tengah-tengah. 

[ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ ] 

وَتَارَةً يَقُوْلُ فِيْ صَلَاةِ اللَّيْلِ : 

Kadang-kadang Beliau membaca di sholat malamnya ketika I'tidal ini: 

❲ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ❳ 

"Hanya bagi Rabbku semua pujian, hanya bagi Rabbku semua pujian." 

Karena ketika I’tidal membaca
[ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ] 
"Allah mendengar, Allah benar-benar mendengar perkataan orang yang memuji-Nya", makanya setelah itu disunnahkan untuk membaca pujian-pujian. 

Makanya, jenis-jenis pujian yang dibaca oleh Rasulullah banyak, di antaranya ini:
[ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ] 

"Hanya bagi Rabbku semua pujian, hanya bagi Rabbku semua pujian." 

يُكَرِّرُ ذٰلِكَ 

Beliau mengulang-ulang bacaan ini. 

❲ حَتَّى كَانَ قِيَامُهُ نَحْوًا مِنْ رُكُوْعِهِ الَّذِيْ كَانَ قَرِيْبًا مِنْ قِيَامِهِ الْأَوَّلْ، وَكَانَ قَرَأَ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةُ. ❳ 
_(رواه أبو داود والنسائي بسند صحيح)_ 

Beliau mengulang-ulang bacaan ini sampai lama sekali, sampai kadang-kadang I’tidalnya Beliau sama panjangnya dengan berdirinya Beliau, padahal berdirinya Beliau kadang-kadang lamanya bisa sampai seperti membaca surat Al-Baqarah. 

Beliau ulang-ulang
[ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ ]
sampai panjang sekali, sampai lama sekali. 

_______

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Kamis, 25 November 2021

Audio ke-95: Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 03

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-95*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 JUM'AT
        21 Rabi'uts Tsani 1443 H
        26 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-95: Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 03

══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam 
ketika memerintahkan untuk membaca "Allahumma rabbana walakal hamdu", Beliau memberikan alasan kenapa membaca bacaan itu. 

Alasan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 

❲ فإنه من وافق قوله قول الملائكة ، غفر له ما تقدم من ذنبه ❳ 

"Karena barangsiapa yang perkataannya menepati/berbarengan dengan perkataan para malaikat, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala" 

وكان يرفع يديه عند هذا الاعتدال على الوجوه المتقدمة في تكبيرة الإحرام ، ويقول ــ وهو قائم ــ كما مر آنفاً :
❲ ربنا ولك الحمد ❳ 

Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika melakukan I'tidal ini, Beliau mengangkat dua tangannya dengan cara yang sama dengan takbiratul ihramnya. 

Jadi dalam I'tidal juga ada dua pilihan: bisa sejajar dengan pundak, bisa sejajar dengan telinga. 

Kemudian ketika Beliau sudah berdiri tegak, Beliau membaca [ ربنا ولك الحمد ]. 

Kadang-kadang Beliau membaca
[ ربنا لك الحمد ] 
tidak ada [ و ]-nya. 
Kadang-kadang Beliau menambahinya dengan tambahan [ الهم ]. 
Jadi, [ الهم ربنا لك الحمد ] 
atau [ الهم ربنا ولك الحمد ]. 

وكان يأمر بذلك فيقول : 

Dan dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan orang atau sahabat yang tidak benar shalatnya dengan hal tersebut atau dengan bacaan itu, dan Beliau mengatakan: 

❲ إذا قال الإمام سمع الله لمن حمده ، فقو لوا : اللهم ربنا لك الحمد ، ❳ 

"Apabila imam membaca 'sami'allahu liman hamidah' maka bacalah oleh kalian 'Allahumma rabbana lakal hamdu'." 

❲ فإنه من وافق قوله قول الملائكة ، غفر له ما تقدم من ذنبه ❳ 

Karena barangsiapa yang perkataannya menepati/berbarengan dengan perkataan para malaikat, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala karena ucapan ini. 

Dosa-dosa kita yang telah lalu ini bisa saja sangat banyak sekali. Apalagi mereka yang baru bertaubat. Bisa sampai puluhan tahun. 

Dosa-dosanya yang telah lalu diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala karena ucapan ini:
❲ الهم ربنا لك الحمد ❳
apabila perkataan tersebut berbarengan dengan perkataan malaikat. 

Jadi ketika imam mengatakan "sami'allahu liman hamidah", malaikat-malaikat juga menjawab perkataan ini. 
Ketika imam mengatakan "Allah benar-benar mendengar orang-orang yang memuji-Nya", malaikat juga memuji Allah. 

Makanya ketika pujian para makmum berbarengan -tidak hanya para makmum, para imam juga- ketika pujian-pujian orang yang shalat tersebut berbarengan dengan pujian para malaikat, mereka mendapatkan keutamaan, yaitu dosa-dosanya yang telah lalu diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Betapa besarnya kemuliaan ini. Dan ini juga yang menunjukkan bahwa shalat itu memang pencuci kotoran jiwa manusia. 

Wajar ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyabdakan bahwa perumpamaan shalat lima waktu itu seperti sungai yang ada di depan rumah seseorang. Orang tersebut mandi di sungai itu sehari sebanyak lima kali. Tidak ada sedikitpun kotoran yang tersisa di tubuhnya. Sehari lima kali mandi. Dua kali mandi saja sudah lumayan bersih, apalagi sampai lima kali. 

Karena untuk i'tidal saja, "untuk i'tidal saja" ada keutamaan yang seperti ini: "Barangsiapa yang bacaannya tersebut berbarengan dengan ucapan para malaikat, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu." 

وكان تارة يزيد على ذلك 

Kadang-kadang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam menambahi atau membaca bacaan yang lebih panjang dari itu. 

إما : 

Ini macam-macam bacaan I'tidal ya. Sekarang beliau sedang menjelaskan tentang macam-macam bacaan ketika I'tidal. 

Kadang-kadang yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
[ ربنا ولك الحمد ]
setelah itu ditambahi dengan tambahan 
-kadang-kadang tambahannya- seperti ini:
❲ ملءَ السماوات ، و [ ملءَ ] الأرض ، وملءَما شئت من شيء بعد ❳ 

"mil a"  [ مِلْءَ ] kadang dibaca "mil u" [ مِلْءُ ] 
yang lebih mahsyur adalah [ مِلْءَ ]. Jadi, 

[ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ] 

Bisa dibaca marfu' atau secara rafa'
[ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ] 

Yang artinya: "Ya Allah, Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu, pujian yang sepenuh langit sepenuh bumi dan sepenuh apapun yang Engkau kehendaki setelah itu." 

Coba direnungkan pujian yang sangat agung ini, "Segala puji bagi-Mu ya Allah, dengan pujian yang sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apapun yang Engkau kehendaki ya Allah setelah ini." 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Rabu, 24 November 2021

Audio ke-94: Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 02

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-94*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 KAMIS
        20 Rabi'uts Tsani 1443 H
        25 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-94: Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya Bag 02
══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala ketika mengatakan bahwa, baik imam maupun makmum disunahkan untuk membaca 
[ سمع الله لمن حمده ربَّنا ولك الحمد ]
beliau memberikan catatan, karena hadits yang disebutkan oleh beliau secara dzahir menunjukkan bahwa makmum tidak perlu membaca "sami'allahu liman hamidah", yaitu pada sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam: 

وإذا قال: سمع الله لمن حمده ، فقولوا :( [ اللهم ] ربنا ولك الحمد ) 

"Apabila imam mengatakan: 
[ سمع الله لمن حمده ]
maka katakanlah oleh kalian wahai para makmum: [ اللهم ربنا ولك الحمد  ]". 

"Ya Allah, Rabb kami, hanya bagi-Mu semua pujian." 

Ini secara dzahir, secara sekilas, bisa dipahami bahwa yang mengucapkan "sami'allahu liman hamidah" siapa? Imam. 
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada para makmum untuk membaca apa? "Allahumma rabbana walakal hamdu". 

Bagaimana Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala memaknai hadits ini? 
Beliau mengatakan, 

هذا الحديث لا يدل على أن المؤ تم لا يشارك الإ مام في قوله : ❲ سمع الله لمن حمده ❳

"Hadits ini tidak menunjukkan bahwa makmum itu tidak mengikuti imamnya dalam perkataan atau dalam bacaan:
❲ سمع الله لمن حمده ❳" 

Hadits ini tidak menunjukkan bahwa makmum itu tidak mengikuti imam dalam bacaannya "sami'allahu liman hamidah". 

كما لا يدل على أن الإ مام لا يشارك المؤتم في قوله :  ❲ ربنا ولك الحمد ❳ 

"Sebagaimana hadits ini tidak menunjukkan bahwa makmum tidak mengikuti imam dalam bacaan: ❲ ربنا ولك الحمد ❳" 

Rasulullah mengatakan, "Apabila imam membaca ❲ سمع الله لمن حمده ❳, maka bacalah oleh kalian: ❲ اللهم ربنا ولك الحمد ❳". 

Hadits ini tidak menunjukkan bahwa makmum tidak mengikuti imam dalam bacaan ❲ سمع الله لمن حمده ❳, karena hadits ini juga tidak menunjukkan bahwa imam itu tidak membaca ❲ اللهم ربنا ولك الحمد ❳. 

Ketika Rasulullah memerintahkan para makmum untuk membaca "Allahumma rabbana walakal hamdu", apakah imam tidak membacanya? Imam juga membacanya. Padahal perintahnya kepada siapa? Kepada makmum. Tapi imam tetap membaca. 

Makanya ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Apabila imam mengucapkan 'sami'allahu liman hamidah', maka ucapkan oleh kalian: 'Rabbana walakal hamdu'." 

Berarti makmumnya juga disunnahkan untuk  membaca "sami'allahu liman hamidah" sebagaimana makmum disunnahkan juga untuk membaca "Allahumma rabbana walakal hamdu". 

Dari mana beliau menyimpulkan ini? 
Dari dalil-dalil yang lain, misalnya 
❲ إنما جعل الإمام ليؤتم به ❳ 

"Imam dijadikan sebagai imam untuk diikuti". Diikuti juga perkataannya. 

Ketika imam mengatakan "sami'allaahu liman hamidah" maka makmumnya juga mengikuti perkataan tersebut: "sami'allaahu liman hamidah".  

Adapun perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Allahumma rabbana walakal hamdu" menunjukkan bacaan imam dan makmum/bacaan ketika i'tidal. 

Alasan beliau lagi, 

إذأن الحديث لم يُسقْ لبيان ما يقوله الإ مام والمؤتم في هذا الر كن، 

Kenapa ada kesimpulan seperti ini? Karena hadits ini tidak didatangkan untuk menjelaskan bacaan imam dan makmum ketika I'tidal. 

بل لبيان أن تحميد المؤتم إنما يكون بعد تسميع الإ مام ، 

Yang menjadi tujuan didatangkannya hadits ini adalah untuk menunjukkan bahwa makmum itu ketika membaca "rabbana walakal hamdu", itu setelah imam membaca "sami'allahu liman hamidah". 

Tujuan hadits ini didatangkan atau disampaikan adalah untuk menjelaskan bahwa makmum itu membaca "rabbana walakal hamdu"-nya setelah imam membaca "sami'allahu liman hamidah". 

Kemudian Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan lagi, 

ويؤيد هذا أن النبي ﷺ كان يقول التحميد وهو إمام ، 

Yang menguatkan pendapat ini adalah kenyataan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu membaca "Rabbana walakal hamdu", padahal Beliau seorang imam. 

وكذلك عموم قوله عليه الصلاة والسلام : 
❲ صلوا كمارأيتموني أصلي ❳ 

Yang juga menguatkan pendapat ini adalah keumuman sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, "Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat". 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika shalat membaca "sami'allahu liman hamidah", dan kita diperintahkan oleh Beliau untuk mengikuti Beliau dalam shalatnya. Sehingga ketika Beliau membaca "sami'allahu liman hamidah" maka makmumnya juga membaca "sami'allahu liman hamidah". 

Ini alasan-alasan yang dikemukakan oleh beliau dalam pendapat beliau ini.
Ini khilaf yang mu'tabar, khilafnya kuat di sini. Apa yang disampaikan oleh beliau adalah madzhab-nya Syafi'iyah. Dan apa yang dipraktekkan di Makkah, di Madinah, adalah pendapatnya mazhab Hanabilah. 

Dan khilaf di sini khilaf yang kuat. Ana lebih condong ke pendapatnya Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala, karena dengan pendapat ini kita mengumpulkan semua hadits yang menjelaskan masalah-masalah ini.
Wallahu a'lam. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Audio ke-93: Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-93*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 RABU
        19 Rabi'uts Tsani 1443 H
        24 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽 Audio ke-93: Pembahasan tentang I'tidal dan Bacaan yang Dibaca di Dalamnya 

══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Pembahasan kita sampai pada pembahasan tentang I'tidal.

"Bagaimana I'tidal-nya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibaca oleh Beliau saat I'tidal" 

Syaikh Albani rahimahullah Ta'ala mengatakan, 

ثم ❲ كان ﷺ يرفع صلبه من الركوع قائلاً : ( سمع الله لمن حمده ) ❳ 

Selanjutnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat punggung Beliau dari rukuknya sambil mengucapkan 
[ سمع الله لمن حمده ]. 

وأمر بذلك ❲ المسيء صلاته ❳ 

Dan Beliau memerintahkan hal itu kepada orang yang tidak benar sholatnya yang diluruskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Dimana ketika itu Beliau mengatakan, 

❲ لا تتم صلاة لأحد من الناس ❳ 

Tidaklah shalat seseorang sempurna 

❲ حتى ... يكبر ... ❳
hingga dia bertakbir 

❲ ثم يركع ... ❳
kemudian dia rukuk
  
❲ ثم يقول : سمع  الله لمن حمده حتى يستوي قائماً ❳ 

kemudian dia mengatakan:
[ سمع الله لمن حمده ] 
hingga dia berdiri tegak. 

Ini menunjukkan bahwa I'tidal adalah rukun shalat. Tidak mungkin shalat bisa sah kecuali dengan melakukan I'tidal ini. 

Bagaimana I'tidalnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? 

Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan, 

وكان إذا رفع رأسه استوى حتى يعود كل فَقارٍ مكانه 

Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengangkat kepalanya (maksudnya mengangkat kepala dari rukuk ketika Beliau i'tidal) Beliau berdiri tegak sampai seluruh tulang-tulang Beliau (tulang belakang Beliau) kembali ke tempatnya masing-masing (menempati tempatnya masing-masing) dalam keadaan natural, berdiri dan setiap tulang menempati tempatnya masing-masing. 

ثم ❲ كان يقول وهو قائم : ( ربَّنا [ و ] لك الحمد ) ❳
   
Kemudian ketika berdiri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan [ ربَّنا ولك الحمد ] 

Jadi ketika bangkit dari rukuknya Beliau mengucapkan [ سمع الله لمن حمده ], 
ketika sudah berdiri Beliau mengatakan
. [ ربَّنا ولك الحمد ] 

وأمر بذلك كل مصل مُؤتَمَّا أو غيره فقال :
❲ صلوا كما رأيتموني أصلي ❳ 

Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan hal tersebut kepada semua orang yang melakukan shalat, baik dia menjadi makmum atau bukan makmum. Misalnya seperti orang yang shalat sendirian atau menjadi imam. 

Ini pendapatnya Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala. Jadi makmum dan orang yang selain makmum, mereka semuanya membaca [ سمع الله لمن حمده ] dan membaca [ ربَّنا ولك الحمد ] setelah itu.  

Ada pendapat yang lain yang mengatakan: makmum tidak mengatakan [ سمع الله لمن حمده ]. 

Tapi yang dipilih oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala dan ini pendapatnya ulama-ulama Syafi'iyah: baik imam dan makmum semuanya mengatakan [ سمع الله لمن حمده ] setelah itu membaca [ ربَّنا ولك الحمد ]. Beliau beralasan, dengan inilah semua hadits menjadi kumpul atau bertemu, tidak bertentangan. Semua hadits tidak bertentangan dengan pendapat ini. 

وكان يقول : ❲ إنما جعل الإمام ليؤتم به ❳ 

Beliau pernah mengatakan, "Imam dijadikan sebagai imam untuk diikuti." 

وإذا قال : سمع الله لمن حمده ، فقولوا : ❲ [ اللهم ] ربنا ولك الحمد ❳ 

Apabila imam mengatakan 
[ سمع الله لمن حمده ] 
maka katakanlah oleh kalian 
  [ اللهم ربنا ولك الحمد ] 

❲ يسمع الله لكم ❳ 

niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala mendengar perkataan kalian, 

❲ فإن الله تبارك وتعالى قال على لسان نبيه ﷺ : سمع الله لمن حمده ❳ 

karena Allah Tabaraka wa Ta'ala mengatakan melalui lisan Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam:
[ سمع الله لمن حمده ] 
"Allah benar-benar mendengar orang yang memujinya". 

Ya Allah Rabb kami, [ لك الحمد ] 
"hanya bagi-Mu semua pujian". 

Orang yang mengatakan demikian pasti didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan
[ سمع الله لمن حمده ]
"Allah benar-benar mendengar orang-orang yang memuji dia", memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Senin, 22 November 2021

Audio ke-92 : Pembahasan tentang Memperlama Rukuk dan Larangan Membaca Al Quran di dalamnya

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-92*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 SELASA
        18 Rabi'uts Tsani 1443 H
        23 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-92 : Pembahasan tentang Memperlama Rukuk dan Larangan Membaca Al Quran di dalamnya

══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Pembahasan kita sampai pada pembahasan tentang: 

▫️ Memperlama Rukuk. 

Jadi sunnahnya kita memperlama rukuk kita. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dahulu menjadikan rukuk, berdiri setelah rukuk yaitu i’tidal, sujud, dan duduk antara dua sujud Beliau hampir sama lamanya. 

Jangan kita malas-malasan untuk memperlama rukuk ini. Semakin lama rukuk kita, maka semakin banyak dosa yang digugurkan dari punggung kita. 

▫️ Larangan membaca Al-Qur’an dalam rukuk. 

Ketika rukuk, kita tidak boleh membaca Al-Qur’an. Karena Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam dahulu melarang membaca Al-Qur’an ketika rukuk dan sujud. 

Sebagaimana Beliau sabdakan, 

❲ ألا وإني نهيت أن أقرأ القرآن راكعاً أو ساجداً، ❳ 

“Ingat-ingatlah bahwa sesungguhnya aku telah dilarang untuk membaca Al-Qur’an ketika rukuk dan sujud” 

Ingat-ingatlah bahwa sesungguhnya aku dilarang untuk membaca Al-Qur’an ketika rukuk dan sujud. 

❲ فأما الركوع فعظِّموا فيه الرب، ❳ 

“Adapun ketika rukuk maka agungkanlah di dalamnya Rabb kalian” 

❲ وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء ، فقَمن أن يستجاب لكم ❳ 

“Adapun ketika sujud maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdoa karena doa ketika sujud itu sangat dekat untuk dikabulkan.” 

Sangat mustajab, maksudnya. Maka banyaklah kita berdoa ketika sujud. Ketika itulah kita sangat dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

❲ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ❳ 

"Keadaan seorang hamba yang paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika dia sujud." 

Jangan kita sia-siakan keadaan yang sangat mulia ini untuk berdoa. Berdoalah sebanyak-banyaknya ketika sujud. Jangan takut untuk berdoa dengan doa-doa yang kita tidak bisa bahasa Arabnya. Berdoalah dengan bahasa kita yang kita pahami, karena ini tidak membatalkan shalat. 

Memang ada khilaf. 
Kalau ditanya, “Ada khilaf di situ, Ustadz?”
Iya. Ada yang mengatakan batal. Tapi perkataan itu sulit untuk dicarikan dalilnya. Karena alasan mereka, kalau kita membaca dengan bahasa Indonesia, berarti itu perkataan manusia. Perkataan manusia tidak pantas ada di dalam shalat. Itu dalil yang paling kuat yang mereka sebutkan. 

Kita katakan, ini bukan perkataan manusia. Tapi kita sedang mengatakan sesuatu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak kepada manusia perkataan ini. 

Yang dimaksud dengan perkataan manusia adalah obrolan. Ketika kita mengajak ngobrol orang lain, mengajak bicara dengan orang lain, itulah yang dimaksud dengan perkataan manusia. Makanya, kalau perkataan tersebut berbahasa Arab tapi berupa obrolan, tetap membatalkan shalat kita. 

Kalau ada orang shalat kemudian di dalam shalatnya ada temannya datang dan dia mengatakan,
_“Assalamu’alaikum, kayfa haaluk?”_
Kemudian orang tersebut mengatakan, 
_“Alhamdulillah, ana bi khair.”_
Di dalam shalatnya dia mengatakan, “Alhamdulillah, ana bi khair.” Shalatnya batal tidak? Batal. 

“Kenapa batal, Ustadz? Ini kan bahasa Arab.” Tidak bisa dikatakan seperti itu. Karena itu _kalaamunnaas_ di situ. Dan termasuk di antara yang menunjukkan hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika itu berkata-kata kepada orang Arab. Dan orang Arab tidak bisa bahasa Jawa, tidak bisa bahasa Indonesia. Tapi tetap ada istilah _kalaamunnaas_. 

Jadi ada hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, 

( إِنَّ هذِهِ الصَّلاَةَ لاَ يَصْلُحُ فيها كلامُ النَّاسِ/كلامُ من النَّاسِ )** 

“Di dalam shalat ini, tidak pantas ada perkataan manusia.” 

Yang dimaksud dengan perkataan manusia ini sesuai dengan konteks sebab "wurud"nya hadits adalah bercakap-cakap dengan orang lain. Tapi kalau kita mengajukan permintaan kepada Allah, ini bukan bercakap-cakap dengan manusia. Ini kita sedang meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Sehingga dengan bahasa apapun, ini tidak dikatakan sebagai perkataan manusia. Yang dimaksud dengan perkataan manusia di situ adalah obrolan, bercakap-cakap dengan orang lain. Dengan bahasa apapun, itu membatalkan shalat kita. 

Tapi kalau doa, ini bukan perkataan manusia. Doa ini kita sedang meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan bahasa apapun tidak membatalkan shalat. Wallahu Ta’ala a’lam. 

Makanya perbanyaklah berdoa ketika sujud. Tapi juga saya berpesan, jangan mengeraskan doa tersebut. Cukup dengan lisan dan cukup kita sendiri yang mengetahuinya. Jangan ketika sujud kemudian dikeraskan doanya dengan bahasa Indonesia. Nanti jadi gaduh. Jangan berlebihan dan ariflah dalam mengamalkan ilmu. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

____________
**) 

إِنَّ هَذِهِ الصَّلاَةَ لاَ يَصْلُحُ فِيهَا شَىْءٌ مِنْ كَلاَمِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ 

_“Ingatlah shalat itu tidak pantas di dalamnya terdapat perkataan manusia. Shalat itu hanya tasbih, takbir dan bacaan Al-Qur’an.”_ (HR. Muslim no. 537) 


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Minggu, 21 November 2021

Audio ke-91: Pembahasan tentang Dzikir-Dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca ketika Rukuk Bag 02

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-91*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 SENIN
        17 Rabi'uts Tsani 1443 H
        22 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-91: Pembahasan tentang Dzikir-Dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca ketika Rukuk Bag 02

══════════════════     

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam kitabnya, 

[ أذْكَارُ الرُّ كُوعِ ] 

"Dzikir-dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca ketika Rukuk" 


▫️Bacaan yang ketiga,  

❲ سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ ❳ 

Ini dibaca hanya sekali. Tidak ada penjelasan berapa kali dibaca sehingga sekali atau kalau misalnya rukuknya lama kita baca berkali-kali tidak menjadi masalah. 

▫️ Bacaan yang keempat,

❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ❳ 

Di bacaan yang keempat ini -kata Syaikh Albani rahimahullah- ini menunjukkan bahwa bacaan yang kedua yang ada tambahan [ وَبِحَمْدِهِ ] itu kuat sanadnya, bisa dibaca, karena di bacaan yang keempat ada kata-kata [ وَبِحَمْدِكَ ]. Sehingga sanad yang untuk bacaan yang kedua ini bisa dikuatkan dengan riwayat yang keempat. 

Ini menunjukkan bahwa memang Syaikh Albani juga melihat ada orang-orang yang melemahkan riwayat tersebut. Tapi beliau berusaha untuk menguatkan riwayatnya. Di antara yang beliau sampaikan, ini: di bacaan yang keempat ada [ وَبِحَمْدِكَ ]. Berarti tidak masalah untuk membaca 
❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ❳
karena ada riwayat yang shahih -yang jelas-jelas shahih- yang ada tambahan ini, yaitu 
❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ❳ 

Dan di riwayat yang keempat ini menunjukkan bahwa ketika rukuk kita juga boleh berdoa, karena bacaan yang keempat ini artinya, “Maha Suci Engkau ya Allah, ya Rabb kami, dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku.” 

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan dzikir yang ada doanya, itu menunjukkan bahwa berdoa boleh ketika rukuk. 

Ustadz, bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, 

( فَأمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ )** 

"Adapun ketika rukuk maka agungkanlah Rabb-mu" 

( وَأمَّا السُّجُودُ فَأكْثِرُوا فيه من الدُّعَاءَ أو فَاجْتَهِدُوا فِيه بـ الدُّعَاءِ )** 

"Adapun ketika sujud, maka perbanyaklah / bersungguh-sungguhlah untuk berdoa" 

Bukankah di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan “ketika rukuk agungkanlah”, berarti tidak usah berdoa, doanya ketika sujud. 

Kita katakan, itu mafhumut taqsiim, Rasulullah membedakan. Tapi mafhum ini menjadi lemah ketika ada dalil yang tegas menjelaskan bahwa berdoa dibolehkan. 

Dan di dalam macam dzikir rukuk yang keempat ini tegas. Jelas-jelas di sini ada doa. Maka mafhum/pemahaman dari hadits tersebut dikalahkan atau diakhirkan. Yang dikedepankan hadits yang lebih tegas seperti ini. 

Di sini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan atau mensyariatkan untuk berdoa, yaitu berdoa meminta ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Ada sebagian ulama yang mengatakan, sebagaimana ketika sujud kita boleh mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ketika rukuk kita boleh berdoa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan, ketika rukuk “agungkanlah Rabbmu”; ketika sujud “bersungguh-sungguhlah untuk berdoa". 

Thayyib. 
Ketika sujud boleh tidak kita mengagungkan Allah? Boleh. Sebagian ulama mengatakan, sebagaimana ketika sujud kita boleh mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, begitu pula ketika rukuk kita boleh berdoa. Walaupun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakannya demikian: ketika rukuk agungkanlah, ketika sujud berusahalah untuk banyak berdoa. 

Bisa dibalik juga tidak masalah. Ketika sujud kita mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada masalah. Ketika rukuk kita berdoa; meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada masalah, karena ada dalilnya. Ada dalilnya pada setiap masalah ini. 

Dalil bolehnya berdoa ketika rukuk adalah dzikir ini, 
❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ❳ 

dan dalil bolehnya kita berdoa secara bebas. Dan ketika kita berdoa, kita boleh mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

▫️Bacaan yang kelima, 
ini bacaan yang panjang 

❲ اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، [ أَنْتَ رَبِّي ] ، خَشَعَ لَكَ سَمْعِي، وَبَصَرِي، وَمُخِّي، وَعَظْمِي، وَعَصَبِي، [ وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِيْ، لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ] ❳ 

Bacaan panjang ini untuk rukuk. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam itu rukuknya lama. 

Banyak masjid di tempat kita, banyak yang ketika rukuk hanya sebentar. Padahal kalau kita rukuknya lama; semakin kita lama rukuknya; sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, maka semakin banyak dosa-dosa yang dihapuskan dari kita; yang digugurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari punggung kita. Maka sebaiknya kita memperlama rukuk kita. 

Di dalam bacaan ini ketika kita renungi, maka maknanya sangat agung. 

“Ya Allah, kepada-Mu aku rukuk, kepada-Mu aku beriman dan berserah diri. Engkau adalah Rabbku, pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, urat-urat syarafku, serta seluruh anggota badanku yang terangkat oleh kakiku, semuanya tunduk kepada Allah Rabbul ‘aalamiin.” 

Ini kalau kita baca, kita renungi artinya, maka kita akan sangat khusyuk dalam shalat kita. 

▫️ (Bacaan) yang keenam, 

❲ اَللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، أَنْتَ رَبِّي، خَشَعَ سَمْعِي، وَبَصَرِي، وَدَمِي، وَلَحْمِي، وَعَظْمِي، وَعَصَبِي، لِله رَبِّ الْعَالِمِينَ ❳ 

“Ya Allah, kepada-Mu aku rukuk, kepada-Mu aku beriman dan berserah diri, hanya kepada-Mu aku bertawakal. Engkau adalah Rabbku, pendengaranku, penglihatanku, darahku, dagingku, tulangku, dan urat syarafku, semuanya tunduk kepada Allah Rabbul ‘aalamiin.” 

▫️ Bacaan yang ketujuh, 

❲ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَاْلمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ❳ 

“Maha Suci dzat Pemilik Keperkasaan, Pemilik Kerajaan, Pemilik Kebesaran, dan Pemilik Keagungan.” 

Doa ini pernah dibaca oleh Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam dalam rukuk shalat sunnah malamnya. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

_____________
**)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

فَأمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ – عَزَّ وَجَلَّ – ، وَأمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ ، فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ 

_“Adapun ketika rukuk, maka agungkanlah Allah. Sedangkan ketika sujud, maka *bersungguh-sungguhlah dalam berdoa*, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian.”_ (HR. Muslim, no. 479) 

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ 

_“Keadaan seorang hamba yang paling dekat kepada Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud, maka *perbanyaklah berdoa* (saat itu).”_ (HR. Muslim no. 482 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu) 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Kamis, 18 November 2021

Audio ke-90 : Pembahasan tentang Dzikir-Dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca Ketika Rukuk

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-90*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 JUM'AT
        14 Rabi'uts Tsani 1443 H
        19 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-90 : Pembahasan tentang Dzikir-Dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca Ketika Rukuk

══════════════════    

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam kitabnya, 

[ أذْكَارُ الرُّ كُوعِ ] 

"Dzikir-dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca ketika Rukuk" 

Bacaan rukuk ini sangat banyak dan kita dibolehkan untuk memilih salah satunya. 

“Ustadz, bagaimana kalau kita kumpulkan?”
Ini ada khilaf di antara para ulama dalam masalah mengumpulkan beberapa doa rukuk yang akan kita baca dalam satu rukuk untuk melamakan rukuk misalnya. Atau imamnya lama, akhirnya kita ingin membaca beberapa bacaan yang disunnahkan untuk dibaca ketika rukuk. 

Ada khilaf di antara para ulama dalam masalah ini. Ada yang mengatakan tidak boleh. Yang boleh adalah satu diulang-ulang. Itu termasuk di antara pendapatnya Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala, Syaikh Utsaimin. Mereka mengatakan, “Tidak boleh kita menggabung dua bacaan yang berbeda ketika rukuk. Yang boleh adalah satu bacaan kemudian diulang-ulang.” 

Ada yang mengatakan boleh. Termasuk di antara yang mengatakan pendapat ini adalah Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala. Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala, beliau membolehkan menggabungkan bacaan-bacaan yang berbeda yang datang dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam satu gerakan. 

Misalnya ketika rukuk ada banyak bacaan, kita boleh menggabungkannya. Nanti ketika sujud ada banyak bacaan, kita boleh menggabungkannya. Ketika iftitah misalnya -doa istiftah- kita lihat ada beberapa doa yang berbeda-beda, kita boleh menggabungkannya. 

Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang dikatakan oleh Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala. Selama bacaan tersebut berbeda, maksudnya dari sisi makna dan dari sisi redaksi, dari sisi kandungan, maka boleh dibaca. Karena tidak ada dalil yang melarangnya. 

Sehingga misalnya doa istiftah, kita boleh membaca doa istiftah dan menggabungkannya. Terutama ketika kita ingin shalatnya lama. Misalnya shalat malam, kita ingin shalat lama, kita boleh menggabungkan doa istiftah tersebut. Terutama doa-doa yang berbeda memang; isinya berbeda, redaksinya jauh berbeda. 

Begitu pula doa rukuk, doa sujud. Ini hampir sama dengan meggabungkan surat-surat ketika kita membaca surat di dalam shalat kita. 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kalau kita melihat bagaimana praktik Beliau membaca surat, yang kita lihat Beliau setiap rakaat itu membaca satu surat. 

Kalau kita gabung bagaimana? Boleh. Tidak masalah kita membaca lebih dari satu surat dalam satu rakaat. 

Begitu pula dengan bacaan-bacaan yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa Sallam. Bacaannya berbeda-beda, kita boleh menggabungkannya. Wallahu a’lam. 

Seperti ini khilaf fiqhiy. Ini khilaf dalam masalah fiqih, sehingga kita harus toleran di dalamnya. 

وكان يقول في هذا الر كن أنواعاً من الأذ كار والأدعية ، تارة بهذا ، وتارة بهذا : 

Pada rukun rukuk ini, Beliau mengucapkan beragam dzikir dan doa secara bervariasi. Sesekali Beliau membaca dengan yang ini, kadang-kadang Beliau membaca dengan yang lainnya. 

Dzikir rukuk yang pertama adalah bacaan 

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ ❳ 

“Maha Suci Rabb-ku yang Maha Agung” 

Ini mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini dibaca sebanyak 3 kali. 

Apakah boleh lebih dari 3 kali? 
Dikatakan oleh Syaikh Albani di sini, “Beliau terkadang mengucapkannya lebih dari 3 kali". Bahkan pernah di shalat malamnya, Beliau membacanya lebih dari itu. Beliau membacanya berulang-ulang, hingga lama rukuknya Beliau hampir sama dengan lama berdirinya Beliau. 

Ini berarti sangat banyak sekali. Karena berdirinya Beliau ketika shalat itu panjang sekali. Di dalam shalat tersebut Beliau membaca 3 surat panjang, yaitu Al-Baqarah, An-Nisaa', Ali Imran. Bacaan ketika shalat itu diselingi dengan doa dan istighfar seperti yang telah disinggung pada pembahasan tentang bacaan surat dalam shalat malam. 

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggabungkan surat-surat; Al-Baqarah dibaca, Ali Imran dibaca, An-Nisaa' dibaca ketika berdiri; ini lama sekali. 

Kemudian ketika rukuk dan rukuknya hampir sama dengan berdirinya, berarti rukuknya lama sekali. Ketika yang dibaca
( سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ )
saja, maka Beliau mengulang-ngulang sampai banyak sekali. Ini yang dimaksud oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala. 

Bacaan yang kedua, 

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِه ❳  

sebanyak 3 kali. 
Tambahan [ وَبِحَمْدِهِ ] diperselisihkan oleh para ulama. Ada yang mengatakan sanadnya lemah. Ada yang mengatakan sanadnya bisa dijadikan sebagai hujjah, maksudnya bisa dipegang. 

Dan yang kedua ini yang dipilih oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala. Tapi banyak ulama yang melemahkannya. Dan pendapat Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala juga ada kuat. 

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ❳ 

Beliau menjelaskan dalam kitab Beliau yang lain “Ashlu Shifati Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”. 

Jadi buku yang kecil ini, sebenarnya adalah buku yang sangat tebal. Di dalam kitab “Ashlu Shifati Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”, beliau menjelaskan semua sandaran perkataan beliau ini. 

Misalnya beliau mengatakan, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjauhkan tangannya atau sikunya dari sisi badannya.” Beliau sebutkan riwayat-riwayatnya. Beliau sebutkan lafal riwayat tersebut. 

Jadi di dalam kitab tersebut, beliau menguatkan sanad yang ada tambahan [ وَبِحَمْدِهِ ] . 

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ❳ 

Ini dibaca 3 kali. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Rabu, 17 November 2021

Audio ke-89 : Pembahasan tentang Wajibnya Tumakninah saat Rukuk Bag 02

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-89*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 KAMIS
        13 Rabi'uts Tsani 1443 H
        18 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-89 : Pembahasan tentang Wajibnya Tumakninah saat Rukuk Bag 02

══════════════════    

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam kitabnya, 

وقال أبو هريرة رضي الله عنه : 

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, 

❲ نهاني خليلي ﷺ أن أنقر في صلاتي نقر الديك ، ❳ 

Orang yang paling aku cintai, orang yang sangat aku cintai, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarangku untuk mematuk di dalam shalatku seperti mematuknya ayam jantan, 

❲ وأن ألتفت التفات الثعلب ، ❳ 

dan Beliau juga melarangku untuk menoleh ke kanan ke kiri seperti menolehnya musang, 

❲ وأن أقعي كإقعاء القرد ❳ 

dan Beliau juga melarangku untuk duduk dengan cara iq’aa’ (yaitu dengan menempelkan pantat ke tanah, menegakkan kedua betis dan paha serta meletakkan kedua tangan ke tanah) seperti cara duduknya kera. 

Seperti cara duduknya kera; kera ketika duduk itu posisinya menempelkan pantat ke tanah, menegakkan kedua betis dan paha, dan meletakkan kedua tangan ke tanah. Ini dilarang semua di dalam shalat. 

Kalau kita melihat dalil-dalil yang menjelaskan hal ini, kita akan bisa menarik kesimpulan bahwa gerakan-gerakan shalat ini sebisa mungkin dijauhkan dari bentuk-bentuk yang menyerupai hewan. 

Bentuk atau keadaan yang menyerupai hewan seperti misalnya mematuknya ayam; ini sesuatu yang tidak baik. Tolah-toleh seperti tolah-tolehnya musang; ini sesuatu yang tidak baik. Seperti hewan, seperti duduknya kera; ini juga tidak boleh. Sujudnya jangan sampai seperti anjing ketika duduk; tangannya ditempelkan semuanya ke tanah. 

Ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia sebisa mungkin menyelisihi hewan sebagaimana kita dilarang menyerupai hewan-hewan tersebut di dalam shalat kita. 

Thayyib.
Kalau ditanya, “Ustadz, duduk seperti itu masa di shalat? Shalat 'kan duduknya seperti duduk tasyahud, atau duduk di antara dua sujud. Seperti itu 'kan?”
Tawarruk atau iftirasy atau iq’aa’ yang dibolehkan. 

Kalau ada yang tanya, “Ustadz, duduk yang seperti duduknya kera, ini kan jauh dari bentuk-bentuk seperti itu? Kenapa dilarang?” 

Karena bisa jadi ada orang yang melakukan yang seperti itu sehingga hal tersebut dilarang oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam agar tidak ada yang melakukannya. Wallahu a’lam. 

وكان يقول : ❲ أسوأ الناس سر قة الذي يسرق من صلاته ❳ 

Orang yang paling buruk dalam mencuri (maksudnya, pencuri yang paling buruk) adalah orang yang mencuri dari shalatnya. 

Pencuri yang paling buruk adalah orang yang mencuri dari shalatnya. Bagaimana mencuri dari shalatnya? 
Ini pertanyaan para sahabat, 

يا رسول الله ! وكيف يسرق من صلاته ? 

“Wahai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bagaimana seseorang bisa mencuri dari shalatnya?” 

قال : ❲ لا يتم ركو عها وسجودها ❳ 

“Dia tidak menyempurnakan rukuknya dan tidak menyempurnakan sujudnya” 

Itulah orang yang mencuri dari shalatnya. Maksudnya di sini adalah mencuri kesempurnaan sehingga shalatnya menjadi tidak sempurna dan tidak baik. Akhirnya shalatnya tidak sah. 

و ❲ كان يصلي ، فلمح بمؤ خر عينه إلى رجل لا يقيم صلبه في الر كوع والسجود ، ❳ 

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah, ketika Beliau shalat, sepintas mata Beliau tertuju kepada seseorang yang tidak meluruskan punggungnya pada waktu rukuk dan sujud. 

Akhirnya setelah selesai shalat Beliau mengatakan, 

( يا معشر المسلمين ! إنه لا صلاة لمن لايقيم صلبه في الركوع والسجود ) 

“Wahai kaum muslimin, sesungguhnya shalat tidak sempurna apabila seseorang tidak meluruskan punggungnya (tulang punggungnya) ketika dia rukuk dan sujud” 

وقال في حديث آخر : 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan juga dalam hadits yang lain: 

❲ لا تجز يء صلاة الرجل حتى يقيم ظهره في الر كوع والسجود ❳ 

Tidak sah shalatnya orang sampai dia meluruskan punggungnya pada waktu rukuk dan sujud. 

Tidak sah shalatnya seseorang sampai dia meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud. Ada yang mengatakan bahwa maksud dari meluruskan di sini adalah tumakninah. Maksudnya, tidak sempurna atau tidak sah shalat seseorang sampai dia benar-benar tumakninah dalam rukuk dan sujudnya. 

____

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Selasa, 16 November 2021

Audio ke-88 : Pembahasan tentang Wajibnya Tumakninah saat Rukuk

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-88*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 RABU
        12 Rabi'uts Tsani 1443 H
        17 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽  Audio ke-88 : Pembahasan tentang Wajibnya Tumakninah saat Rukuk


══════════════════    

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam kitabnya, 

[ وُجُوبُ الطُّمَأ نِينَةِ في الرُّكُوعِ ] 

"Wajibnya Tumakninah dalam Rukuk" 

و ❲ كان يطمـئن في ر كو عه ❳ 

Dahulu Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika rukuk Beliau tumakninah. 

Tumakninah itu maksudnya berdiam; tidak cepat, tapi benar-benar tenang; menenangkan badannya. 

وأمر به ❲ المسيء صلا ته ❳ 

Dan Beliau memerintahkan tumakninah ini kepada orang yang tidak benar shalatnya. 

كما سلف أول الفصل السابق 

Sebagaimana telah lalu di bab-bab yang lalu. 

وكان يقول : ❲ أتموا الركوع والسجود ، ❳ 

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, "Sempurnakanlah rukuk dan sujud kalian," 

❲ فوالذي نفسي بيده ، ❳ 

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya," 

❲ إني لأراكم من بعد ظهري ❳ 

"sungguh aku benar-benar bisa melihat kalian dari punggungku" 

❲ إذا ماركعتم ، وإذا ما سجد تم ❳ 

"yaitu ketika kalian rukuk dan ketika kalian sujud" 

Ini termasuk mukjizat Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan, “Sungguh aku benar-benar bisa melihat kalian dari belakang. Ketika kalian rukuk, ketika kalian sujud, saya bisa melihat kalian.” 

Ada yang mengatakan bahwa penglihatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ini di semua keadaan. Maksudnya, di luar shalat pun Beliau bisa melihat dari belakang. Ada yang mengatakan demikian. 

Ada yang mengatakan ini khusus ketika shalat. Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy rahimahullahu Ta’ala, Beliau menguatkan pendapat yang kedua ini. Yaitu bahwa penglihatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari punggungnya, maksudnya bisa melihat ke belakang itu ketika shalat saja. 

Karena di dalam haditsnya disebutkan: 

❲ إني لأراكم من بعد ظهري إذا ماركعتم ، وإذا ما سجد تم ❳ 

Redaksinya seperti ini, “Sungguh, aku benar-benar bisa melihat kalian dari belakang punggungku ketika kalian rukuk dan sujud.” 

Kata-kata, “ketika kalian rukuk dan sujud” ini membatasi kapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bisa melihat dari belakang. Sehingga pendapat ini yang lebih kuat dari sisi redaksi haditsnya. Wallahu a’lam. 

و ❲ رأى رجلاً لا يتم ركوعه ،وينقر في سجوده وهو يصلي ، فقال : ❳ 

Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah melihat ada orang yang tidak menyempurnakan rukuknya - mematuk, seperti ayam mematuk. Jadi sujudnya cepat, dia tidak tumakninah. Orang tersebut mematuk ketika sujudnya. 

فقال :
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, 

( لو مات هذا على حاله هذه ، مات على غير ملة محمد ﷺ ، 

Seandainya orang ini meninggal dalam keadaan seperti ini (dia shalatnya tidak menyempurnakan rukuknya; mematuk ketika sujudnya) maka dia meninggal tidak di atas agama Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. 

Na’uudzubillahi min dzaalik. 

[ ينقر صلاته كما ينقر الغراب الدم ] ، 

"Karena dia mengerjakan shalatnya dengan gerakan yang sangat cepat seperti burung gagak mematuk darah" 

مثل الذي لا يتم ركوعه وينقر في سجوده ، مثل الجا ئع الذي يأكل التمرة والتمر تين لا يغنيان عنه شيئاً ) 

مثل الذي لا يتم ركوعه
Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan rukuknya 

وينقر في سجوده 
dan mematuk ketika sujudnya, 

مثل الجا ئع
itu seperti orang yang lapar 

الذي يأكل التمرة والتمر تين 
tapi dia hanya memakan 1 butir kurma atau 2 butir kurma 

لا يغنيان عنه شيئاً
hal itu tidak cukup baginya sama sekali
(tidak menghilangkan laparnya). 

Ini menunjukkan bahwa orang yang shalat dalam keadaan demikian, shalatnya tidak berguna. Seperti tidak bergunanya satu butir kurma atau dua butir kurma diberikan kepada orang yang kelaparan. Orang yang lapar sekali hanya dikasih satu butir kurma. Tidak bermanfaat, tetap dia lapar sekali. Atau dua butir kurma juga demikian, masih sangat lapar. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah