Rabu, 10 November 2021

Audio ke-84: Pembahasan Mengoreksi Bacaan Imam ketika Salah dalam Membacanya

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-84*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝ 

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

🗓 KAMIS
        06 Rabi'uts Tsani 1443 H
        11 November 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

💽  Audio ke-84: Pembahasan Mengoreksi Bacaan Imam ketika Salah dalam Membacanya 

══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita dalam pembahasan, 

[ الفَتحُ على الإمامِ ] 

"Meralat atau membetulkan bacaan Imam" 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan tuntunan kepada kita untuk meralat bacaan imam apabila bacaannya salah. Apabila bacaannya salah, kita diperintahkan untuk membetulkan bacaan imam. 

Ustadz, sudah dibetulkan, imamnya tidak mau. 
Ya ngalah, kalau misalnya imamnya tidak mau dibetulkan, ya sudah, biarkan. 

Anjuran yang dianjurkan kepada kita adalah membetulkannya. Tentang imamnya mau dibetulkan atau tidak, itu bukan urusan kita, itu urusannya imam. 

Dan kalau membetulkan, kita harus yakin dulu bahwa apa yang ada di pikiran kita itulah yang benar. Jangan ragu-ragu kemudian membetulkan, nantinya bisa jadi kita yang salah. Kalau kita masih ragu-ragu maka tidak usah. Kalau kita yakin bahwa itu kesalahan, maka kita betulkan. 

Kemudian Ustadz, kalau kita jauh bagaimana Ustadz? 

Ini juga harus diperhitungkan, harus  dilihat. Kalau kita jauh dan imam tidak akan mendengar suara kita, ya sudah, minimal kita benarkan dengan diri kita. Minimal kita luruskan dengan bacaan kita sendiri. Karena sudah tidak mungkin suara kita sampai ke imam dan orang-orang yang di belakangnya juga tidak meralat atau membetulkan bacaannya. Cukup dengan diri kita, itu yang kita mampui dan itu yang kita lakukan. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu memberikan tuntunan kepada kita untuk meralat imam apabila bacaannya keliru. 

Pernah suatu ketika Beliau shalat dan membaca Al-Qur'an di dalamnya, namun ada kekeliruan dalam bacaan Beliau itu. Ini menunjukkan bahwa kadang-kadang Beliau juga salah dalam membaca Al-Qur'an. Ini manusiawi karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seorang manusia, kadang-kadang lupa. 

Rasulullah pernah lupa di dalam shalatnya; harusnya 4 rakaat Beliau shalat 2 rakaat, setelah tasyahud awal Beliau salam. 

Makanya ada hadits yang terkenal dengan Hadits Dzul Yadain. Haditsnya orang yang dua tangannya panjang, karena ini orangnya tidak wajar tangannya. Tangannya panjang. Ada yang bilang tangannya sampai lutut kalau berdiri, sehingga terkenal dengan julukan ini, Dzul Yadain (dua tangannya panjang). Dan ini menunjukkan bahwa kita boleh menyebutkan kekurangan fisik seseorang, karena untuk mempermudah orang lain mengenali orang yang kita maksud tanpa bermaksud merendahkan atau mencela. Nyatanya ada julukan-julukan dari para ulama Salaf dengan kekurangan fisik seperti ini. 

Rasulullah pernah lupa di rakaat kedua tasyahud, Beliau salam. Akhirnya Dzul Yadain ini bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bayangkan, ini para sahabat sudah salam semuanya, mereka tidak berani bertanya atau menegur Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada sahabat Abu Bakar di sana, ada sahabat Umar, ada sahabat-sahabat besar di sana radhiallahu anhum ajma'in. Tidak ada yang berani menegur Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Akhirnya datanglah sahabat Dzul Yadain ini bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, shalatnya sekarang diringkas apa engkau lupa? Shalat sekarang menjadi dua rakaat atau sebenarnya engkau lupa?" 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Shalatnya tidak diringkas, dan aku tidak lupa." 

Rasulullah mengatakan demikian. Rasulullah tidak sadar kalau Beliau lupa. Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ragu, akhirnya bertanya kepada sahabat-sahabatnya yang besar-besar tadi, yang ma'ruf, selalu di sekitar Beliau, "Apakah benar apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain?" 

Maka mereka mengatakan, "Iya benar, wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." 

Ini bercakap-cakap semua. Setelah itu apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Rasulullah berdiri lagi. Rasulullah tidak mengulang shalat dari awal. Rasulullah berdiri lagi meneruskan shalatnya. 

Ini menunjukkan bahwa apabila kita lupa dalam shalat, kemudian kita diingatkan, "eh, baru dua rakaat antum", 
"iya lho baru dua rakaat ya?" 
Walaupun ada percakapan seperti ini, tidak masalah. Kita tetap teruskan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian nanti setelah itu sujud sahwi. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia seperti kita dan manusia itu tempat lupa. Sehingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga beberapa kali lupa. 

Seperti hadits kita ini juga, Rasulullah membaca Al-Qur'an dan bacaannya salah. Ketika bacaannya salah, para sahabat tidak ada yang berani membenarkan. Ini akhlaknya para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhlak. 

Beliau salah dan di situ ada sahabat Ubay ibn Ka'ab yang hafal Al-Qur'an dan tahu kalau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam salah bacaannya. Tapi sahabat Ubay Ibn Ka'ab tidak berani menegur karena penghormatan beliau yang sangat tinggi kepada Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam. Setelah shalat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan kepada sahabat Ubay Ibn Ka'ab, 

❲ أصليت معنا ؟ ❳ 

"Wahai sahabat Ubay, apakah engkau shalat bersamaku tadi?" 

Rasulullah tahu kalau sahabat Ubay ini bersama Rasulullah dalam shalatnya. Bertanya untuk menarik perhatian agar sahabatnya fokus dan memperhatikan benar-benar apa yang ingin dikatakan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Sahabat Ubay mengatakan, "Iya aku shalat bersamamu wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." 

Rasulullah mengatakan, 

❲ فما منعك [ أن تفتح عليَّ؟ ] ❳ 

"Apa yang menghalangimu untuk membenarkan atau membetulkan bacaanku?" 

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak senang apabila bacaannya salah kemudian dibiarkan. Rasulullah senang apabila diralat bacaannya kalau memang bacaan tersebut salah. 

Kita juga demikian di dalam shalat. Kalau imamnya salah dan kita tahu itu kesalahan maka ingatkan imamnya, jangan takut shalatnya batal. Karena memang ada sebagian mazhab -saya tidak perlu menyebut mazhabnya- ada disebutkan dalam kitab-kitab fiqih. Ada yang mengatakan, kalau niatnya mengingatkan imam maka batal shalatnya. Dan ini tidak sesuai dengan dalil-dalil yang ada. Mungkin mereka memasukkannya ke dalam perkataan manusia, ini seperti bercakap-cakap. Mungkin dalilnya seperti itu, tapi dalil itu lemah apabila dibandingkan dengan dalil yang ada. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan. Memerintahkan untuk meralat bacaan imam yang salah. Dan bagaimana kita meralat bacaan imam, kemudian kita tidak punya niat untuk mengingatkan imam. Ini sesuatu yang sulit. Mereka mengatakan, kalau mengingatkan imam niatkanlah untuk berdzikir; jangan niat mengingatkan imam. Ini sulit, ini sesuatu yang tidak wajar dan ini perlu dalil seperti ini. 

Kalau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada sahabatnya untuk mengingatkan Beliau apabila bacaannya salah, tentunya ada niat untuk mengingatkan. Kalau kita mengatakan, "Tidak boleh niatnya mengingatkan. Niatnya itu harus berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala". Ini perlu dalil. Perlu dalil khusus dan mana dalilnya.

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   

📣 Official Account Grup Islam Sunnah  

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar