Rabu, 29 September 2021

Audio ke-54 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Dihapuskannya Kewajiban Membaca al-Faatihah di belakang Imam pada Sholat Jahriyyah

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-54
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 KAMIS
         23 Shafar 1443 H
         30 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-54 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Dihapuskannya Kewajiban Membaca al-Faatihah di belakang Imam pada Sholat Jahriyyah
══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 


Kita sampai pada pembahasan “Dihapuskannya Kewajiban Membaca Al-Fatihah di belakang Imam pada Shalat Jahriyyah”. 

Ini juga permasalahan yang diperselisihkan oleh para ulama. 

Apakah makmum ketika berada di belakang imam yang membaca Al-Fatihah dengan suara yang keras, makmum masih wajib membaca Al-Fatihah?
Ataukah wajibnya makmum adalah mendengarkan bacaan Al-Fatihah imam dan juga bacaan surat yang dibaca oleh imam setelahnya, sehingga dia tidak wajib membaca Al-Fatihah? 

Ini ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. 

1) Ada yang mengatakan bahwa wajib bagi makmum untuk membaca Al-Fatihah walaupun makmum tersebut shalat di belakang imam yang mengeraskan bacaan Al-Fatihahnya, dan kalau tidak membaca maka shalatnya batal. Kalau tidak membaca secara sengaja shalatnya batal karena Al-Fatihah adalah rukun shalat. Sebagaimana ketika kita tidak sujud, maka shalat kita akan batal karena sujud adalah rukun shalat. Kalau kita tidak rukuk, shalat kita batal, karena rukuk adalah rukun shalat. Begitu pula ketika kita tidak membaca Al-Fatihah, walaupun sedang berada di belakang imam. 

Dalil mereka adalah sabda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam: 

<< لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ >> 

“Tidak ada shalat (maksudnya tidak sah shalat seseorang) apabila dia tidak membaca Al-Fatihah” 

Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah. Ini pendapat yang pertama. 

2) Pendapat yang kedua adalah pendapat yang mengatakan bahwa apabila imam memberikan kesempatan untuk membaca Al-Fatihah, maka wajib membaca Al-Fatihah. Apabila imam tidak memberikan kesempatan, maka gugur kewajiban itu. 

Kapan ustadz imam memberikan kesempatan? 

Setelah membaca Al-Fatihah, ada imam-imam yang berhenti, diam agak lama untuk memberikan kesempatan kepada makmum dalam membaca Al-Fatihah. Kalau imamnya melakukan ini maka makmum wajib membaca Al-Fatihah. Mereka memakai dalil yang tadi, bahwa shalat tidak sah kecuali dengan bacaan Al-Fatihah. Dan ini umum, tidak ada batasan apakah makmum apakah imam, tidak dibatasi oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga hukumnya umum, baik untuk imam maupun untuk makmum. 

Kemudian mereka mengatakan, kenapa khusus ketika imam memberikan kesempatan untuk membaca? Karena di dalam Al-Qur'an disebutkan: 

{ وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ } 

“Apabila Al-Quran dibacakan maka dengarkanlah”
{ وَأَنْصِتُوا }
“Dan diamlah” 

Di dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan: 

<< وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا >> 

“Apabila imam membaca maka diamlah” 

Sehingga apabila imam memberikan kesempatan untuk membaca, maka wajib membaca Al-Fatihah berdasarkan hadits tadi:
<< لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ >> 

Tapi kalau imam tidak memberikan kesempatan, maka tidak wajib membaca karena ayat tadi dan hadits tadi 
  << وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا >>
hadits tentang [ الْمُسِيئُ صَلَاتَهُ ], 
"apabila imam membaca maka diamlah". 
Ini pendapat yang kedua. 

3) Pendapat yang ketiga mengatakan bahwa apabila imam membaca dengan keras Al-Fatihah-nya, maka makmum tidak wajib membaca Al-Fatihah, bahkan diperintahkan/diwajibkan untuk mendengarkan bacaan imam. 

Dalilnya apa ustadz? 

Dalilnya adalah ayat Al-Quran dan hadits tadi.
{ وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا } 

“Apabila Al-Quran dibacakan maka dengarkanlah”
{ وَأَنْصِتُوا }
“Dan diamlah” 

Dan ayat ini sebab turunnya adalah tentang bacaan Al-Qur'an di dalam shalat. Dan ketika Allah سبحان وتعالى mengatakan:
{ وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ }
“Apabila al-Quran dibacakan”, kata-katanya “Al-Quran” sehingga mencakup semua surat dalam Al-Quran baik surat Al-Fatihah ataupun surat yang setelahnya. Sehingga walaupun imam sudah selesai membaca Al-Fatihah dan imam membaca surat yang lainnya, maka kita tetap harus diam dan mendengarkan bacaan imam. Begitu pula hadits Nabi yang tadi:
<< وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا >>
“Apabila imam membaca maka diamlah”. 

Di sini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan objek bacaannya, “Apabila imam membaca”. 

Membaca apa? Tidak disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Menunjukkan bahwa ini makna umum. Membaca apapun maksudnya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan objek bacaannya. Sehingga baik bacaan tersebut adalah bacaan Al-Fatihah maupun bacaan surat setelah Al-Fatihah, maka dia harus diam. 

Ustadz, bagaimana kalau imam memberikan kesempatan?
Kenapa kita tidak wajib membaca Al-Fatihah? 

Dijawab oleh mereka, bahwa riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu berdiam setelah selesai membaca Al-Fatihah dan berdiam setelah selesai membaca surat, riwayatnya lemah. Riwayatnya lemah, sehingga tindakan imam memberikan kesempatan kepada makmum untuk membaca Al-Fatihah ini tidak sesuai dengan sunnah Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga imam ketika shalat itu sunnahnya diamnya hanya 2 tempat saja atau 2 waktu saja, bukan 3 tapi 2 waktu. 

Yang pertama adalah sebelum membaca Al-Fatihah. Dan ini disebutkan dalam sebuah hadits ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, apa yang engkau baca dalam diam-mu sebelum Al-Fatihah yang sebentar itu?”. Berarti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum membaca Al-Fatihah beliau diam sebentar. Ini diam yang pertama. 

Kemudian diam yang kedua adalah setelah membaca surat, sebelum rukuk. Dan ini jarang dilakukan oleh para imam, padahal ini sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kuat, sanadnya kuat, sanadnya bisa dijadikan sebagai hujjah.
Setelah membaca surat, selesai membaca surat dan akan rukuk, seorang imam atau seorang yang shalat sendirian, disunnahkan untuk berdiam sementara, kemudian setelah itu baru rukuk. Kebanyakan imam, saya melihat tidak menjalankan sunnah ini. Walaupun tidak wajib, tapi kalau dilakukan mendapatkan pahala. 

Diam yang ketiga, yang tadi, antara bacaan Al-Fatihah dan surat setelahnya. Ini riwayatnya lemah, sehingga itu berarti bahwa dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memberikan kesempatan untuk membaca Al-Fatihah bagi makmumnya. Sehingga ini menunjukkan bahwa membaca Al-Fatihah di belakang imam bagi seorang makmum yang imamnya mengeraskan bacaannya, tidak wajib. Bahkan seorang makmum harusnya mendengarkan bacaan imamnya. 

Inilah tiga pendapat yang ada dalam masalah ini. Dari tiga pendapat ini yang paling kuat adalah pendapat yang ketiga. 

Kenapa demikian? 

Karena, ayat tadi mengatakan: 

{ وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا }  

“Apabila Al-Qur'an dibacakan maka dengarkanlah (dengarkanlah al-Qur'an itu) dan diamlah kalian” 

Ini sebagai dalil yang mengkhususkan sabda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, 

<< لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ >> 

“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah” 

Ayat tersebut mengkhususkan hadits ini. Walaupun makna hadits ini umum “Tidak sah shalat siapapun yang tidak membaca Al-Fatihah”, tapi kita khususkan dengan ayat tadi. 

Berarti makna hadits tersebut adalah bagi orang yang menjadi imam; dan yang kedua bagi orang yang shalat sendiri. Adapun makmum, maka dikhususkan oleh ayat tadi:
{ وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا } 

Ini bagi seorang makmum yang imamnya mengeraskan bacaan Al-Fatihah-nya; atau dikhususkan dengan hadits yang tadi:
<< وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا >>
"Apabila imam membaca (bacaan apapun) maka diamlah" 

Yang kedua, syariat Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberikan kesempatan kepada seorang makmum untuk membaca Al-Fatihah. 

Ketika tidak ada kesempatan, bagaimana dikatakan itu wajib? Tidak ada kesempatan untuk membaca Al-Fatihah. Imam disunnahkan untuk membaca Al-Fatihah, kemudian setelah itu segera membaca surat-surat setelahnya. Rasulullah dahulu mencontohkannya demikian. 

Kemudian setelah itu diam sebentar, langsung rukuk. Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa seorang makmum diberikan kesempatan untuk membaca Al-Fatihah. Ini menunjukkan bahwa membaca Al-Fatihah bagi seorang makmum tidak wajib. 

Kemudian yang ketiga, imam tidaklah membaca Al-Fatihah dengan keras kecuali agar makmum mendengarkannya, kecuali agar didengarkan oleh makmum dan setelah itu makmum sudah membaca: [ آمِين ].  

Kita semuanya ketika menjadi makmum, kita membaca/mengaminkan Al-Fatihah-nya imam; maka seakan-akan kita sudah membaca Al-Fatihah karena [ آمِين ] maksudnya adalah: [ اللَّهُمَّ اسْتَجِبْ لِي ] (Yaa Allah, ijabahilah permintaanku) dan inti dari Al-Fatihah adalah meminta apa? Hidayah. 

{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلَا الضَّآلِّينَ } 

“Tunjukilah kami jalan yang lurus yaitu jalannya orang-orang yang Engkau berikan kenikmatan (kaum mukminin), bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai (orang-orang Yahudi) ataupun orang-orang yang sesat (yaitu kaum Nasrani)”. 

Sebelum {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِي } adalah muqoddimah untuk berdoa. Ada pujian, ada sanjungan untuk Allah سبحان وتعالى kemudian berdoa. Kemudian makmum mengatakan: [ آمِين ] seakan-akan makmum sudah membaca doa tersebut. Maka bacaan imam sudah cukup bagi seorang makmum, apabila demikian. Ini, dalil yang menguatkan bahwa seorang makmum ketika imamnya menjaharkan atau mengeraskan bacaannya, maka seorang makmum wajibnya adalah mendengarkan. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Selasa, 28 September 2021

Audio ke-53 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Penjelasan Tentang Membaca Basmallah Dipelankan Dalam Sholat Jahriyyah Bag 02

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-53
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 RABU
         22 Shafar 1443 H
         29 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-53 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Penjelasan Tentang Membaca Basmallah Dipelankan Dalam Sholat Jahriyyah Bag 02

══════════════════   

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 

(Ada yang bertanya) Ustadz, apa dalil pendapat yang mengatakan bahwa basmalah itu dianjurkan untuk dikeraskan, atau apa dalil mereka dalam mengeraskan bacaan Bismillah-nya? 

Dalil mereka di antaranya adalah hadits Abu Hurairah, bahwa suatu ketika sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu pernah shalat mengimami para sahabat. Ketika itu sahabat Abu Hurairah mengeraskan bacaan basmalah-nya. Dan setelah shalat sahabat Abu Hurairah mengatakan: “Aku telah shalat di depan kalian sebagaimana shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”. Sehingga mereka berkesimpulan bahwa di antara contoh shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mengeraskan bacaan basmalah-nya. 

Dalil ini sanadnya kuat namun bisa dijawab dengan beberapa jawaban. 

Jawaban yang pertama: Sahabat Abu Hurairah tidak tegas mengatakan bahwa bacaan basmalah-nya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu keras. Sahabat Abu Hurairah hanya mengatakan, “Saya shalat di depan kalian sebagaimana shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”. Sehingga bisa jadi kerasnya bacaan basmalah sahabat Abu Hurairah keluar dari sifat shalat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Bisa jadi demikian, karena sahabat Abu Hurairah tidak dengan tegas mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengeraskan bacaan basmalah-nya. Tapi sahabat Abu Hurairah hanya mengatakan bahwa, “Saya tadi shalat di depan kalian sebagaimana shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”. 

Jawaban yang kedua: Sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu dahulu selalu bersama Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ada kemungkinan besar beliau shalatnya dekat dengan Nabi عليه الصّلاة والسّلام . Sehingga walaupun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca basmalah dalam keadaan pelan, beliau masih mendengarnya. Berbeda dengan sahabat; mungkin sahabat Anas bin Malik agak jauh sehingga tidak mendengarnya. Ada kemungkinan ini, sehingga sahabat Abu Hurairah mengeraskan bacaan basmalah-nya karena dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca basmalah tersebut walaupun dalam keadaan pelan. 

Jawaban yang ketiga: Bahwa apa yang dilakukan oleh sahabat Abu Hurairah bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat Abu Bakar, sahabat ‘Umar, dan sahabat ‘Utsman, dan mereka jauh lebih kuat daripada sahabat Abu Hurairah. Apabila dibandingkan, maka jelas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam saja sudah tidak mungkin dikalahkan, contohnya, apalagi ditambah dengan sahabat Abu Bakar, ditambah dengan sahabat ‘Umar, ditambah dengan sahabat ‘Utsman bin ‘Afwan. 

Kita wajib mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Begitu pula kita wajib mengikuti apa yang dicontohkan oleh para khulafaurr rasyidin. 

<< عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِ >> 

“Kalian diwajibkan untuk mengikuti sunnahku, tuntunanku, begitu pula tuntunan para khulafaur rasyidin” 

Ini menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa 
[ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ] 
sebelum Al-Fatihah dan sebelum surat yang dibaca setelah Al-Fatihah ketika shalat jahriyyah hendaknya dipelankan. 

Di antara penjelasan yang mengatakan bahwa pendapat memelankan bacaan basmalah ini adalah pendapat mayoritas ulama, adalah perkataan Imam at-Tirmidzi dalam kitab sunannya (kitab Sunan at-Tirmidzi). Beliau mengatakan: 

وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. 

“Mengamalkan pendapat ini -yaitu memelankan bacaan basmalah sebelum Al-Faatihah- itulah yang dipilih oleh sebagian besar ahli ilmu dari para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam (pendapat mayoritas sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam)”.
مِنْهُمْ أَبُو بَكْرٍ. 

“Di antara mereka adalah sahabat Abu Bakar”
وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَغَيْرُهُمْ. 

“Begitu pula sahabat ‘Umar, sahabat ‘Utsman, dan sahabat-sahabat yang lainnya”
وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ التَّابِعِينَ. 

“Begitu pula para ahli ilmu setelah mereka dari kalangan tabi’in” 

وَبِهِ يَقُولُ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَابْنُ الْمُبَارَكِ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ. 

“Begitu pula hal itu dikatakan oleh Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak, Imam Ahmad, Imam Ishaq” 

لَا يَرَوْنَ أَنْ يَجْهَرَ بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. 

“Mereka tidak memandang untuk mengeraskan bacaan 
[ ِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ] 

قَالُوا: وَيَقُولُهَا فِي نَفْسِهِ. 

“Mereka mengatakan: Dan seseorang membaca basmalah tersebut di dalam dirinya”.
-> maksudnya memelankan bacaan bismillah-nya. 

Inilah dalil. Dalil yang menunjukkan bahwa pendapat yang mengatakan memelankan bacaan basmalah sebelum membaca Al-Fatihah itu disunnahkan. Itu yang sunnah, dan inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Senin, 27 September 2021

Audio ke-52 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Penjelasan Tentang Membaca Basmallah Dipelankan Dalam Sholat Jahriyyah

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-52
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🗓 SELASA
         21 Shafar 1443 H
         28 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-52 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Penjelasan Tentang Membaca Basmallah Dipelankan Dalam Sholat Jahriyyah

══════════════════ 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 

Pada kesempatan yang telah lalu kita sudah menyelesaikan pembahasan tentang bahwa Al-Fatihah adalah rukun dalam shalat kita. Kita juga sudah membahas tentang keutamaan-keutamaan surat Al-Fatihah. Kita juga sudah menyinggung bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu ketika membaca Al-Fatihah beliau memelankan bacaan “bismillah”nya dalam shalat jahriyyah (shalat yang dikeraskan bacaannya). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu tidak mengeraskan bacaan basmalahnya, karena memang ada perbedaan pendapat di tengah-tengah kaum muslimin tentang hal ini. 

Apabila kita melihat dalil-dalil yang ada, kita akan berkesimpulan bahwa pendapat yang mengatakan bahwa membaca basmalah itu sunnahnya dipelankan. Ini adalah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini, karena dalilnya sangat banyak dan mayoritas ulama juga mengatakan demikian. 

Mayoritas ulama, mereka mengatakan bahwa membaca basmalah sunnahnya dipelankan, tapi bukan berarti kita merendahkan pendapat lain atau mencela pendapat lain karena ini adalah perbedaan pendapat yang terjadi di tengah-tengah para imam. Dan perbedaan pendapat ini sudah sangat lama sehingga yang bisa kita lakukan adalah menguatkan mana pendapat yang dalilnya lebih kuat, memilih pendapat mana yang dalilnya lebih kuat. 

Pendapat yang dalilnya lebih kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa memelankan basmalah di dalam shalat jahriyyah, itu yang lebih kuat. Di antara dalilnya adalah atsar dari Anas bin Malik. Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab shahihnya. 

Anas bin Malik mengatakan: 

أَنَّ النَّبِيَّ َصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلَاةَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. 

“Sungguh, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat Abu Bakar, sahabat ‘Umar, sahabat ‘Utsman, dahulu mereka membuka shalatnya dengan bacaan [ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ]. 

Di sini tidak disebutkan 
[ بِسْمِ اللَّهَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ]
tapi membuka bacaannya dengan 
[ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ] 
dan ini dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dilakukan oleh sahabat Abu Bakar, sahabat ‘Umar, sampai sahabat ‘Utsman, sebagaimana dikatakan oleh sahabat Anas bin Malik yang shalat bersama mereka semuanya sebagai makmum. 

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim. Ini menunjukkan kekuatan sanad dari hadits ini. Sebagian orang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan membuka shalatnya dengan [ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينِ ]
ini maksudnya adalah membuka shalatnya dengan Al-Fatihah. Karena kebiasaan orang, mereka menyebut nama surat dengan awal ayatnya, seperti misalnya surat [ أَلَمْ نَشْرَحْ ], surat [ وَالشَّمْسِ ] , surat [ وَاللَّيْلِ ] sehingga yang dimaksud dengan membuka shalatnya dengan  [ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ] 
kemungkinan maksudnya adalah membuka shalatnya dengan Al-Fatihah. 

Ada kemungkinan itu memang, tapi ada riwayat lain yang menafiikan kemungkinan ini, riwayat dari Anas juga. Sahabat Anas bin Malik mengatakan (dan ini riwayatnya juga shahih) diriwayatkan oleh Imam Muslim: 

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَداً مِنْهُمْ يَقْرَأْ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. 

“Aku telah shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu pula bersama sahabat Abu Bakar, sahabat ‘Umar, sahabat ‘Utsman dan aku tidak pernah mendengar sekali pun dari mereka, mereka membaca: 
[ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ] 

Ini sangat tegas menyebutkan bahwa mereka semuanya ketika shalat jahriyyah tidak terdengar dari mereka bacaan 
[ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ]
Ini menunjukkan bahwa mereka membacanya dengan cara سِرٌّ 
(dengan cara pelan). 

Di dalam riwayat lain dengan lafadz: 

لَا يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِي أَوَّلِ الْقِرَاءَةِ وَلَا فِي آخِرِهَا. 

“Mereka semuanya (yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat Abu Bakar, sahabat ‘Umar, sahabat ‘Utsman رضي اللّه عنهم أجمعين) tidak menyebut 
  [ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ]
baik di awal bacaan ataupun di akhir bacaan”. 

Ini menunjukkan bahwa sebelum membaca  [ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ] 
tidak terdengar dari mereka bacaan
  [ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ]. 

Kemudian ketika akan membaca surat setelahnya, juga tidak terdengar dari mereka bacaan [ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ] 
Sehingga ketika kita akan membaca
  [ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَلَمِينَ ] 
sunnahnya dipelankan "bismillah", begitu pula ketika membaca surat setelah itu, sunnahnya dipelankan basmalahnya. 

Dalam riwayat lain dari sahabat Anas juga (riwayatnya banyak sekali sehingga lafalnya atau redaksinya juga banyak dan setiap redaksi saling melengkapi) sahabat Anas mengatakan: 

فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَداً مِنْهُمْ يَجْهَرُ بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. 

“Tidak pernah aku mendengar satupun dari mereka menjaharkan atau mengeraskan bacaan
[ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ] 

Ini dari sahabat Anas bin Malik. 

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dahulu, mereka tidak mengeraskan bacaan basmalah-nya sehingga kita juga harusnya mengikuti mereka. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

🌏 WebsiteGiS: https://grupislamsunnah.com/
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Minggu, 26 September 2021

Audio ke-51 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Merupakan Rukun Sholat & Keutamaannya Bag 03

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-51
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 SENIN
         20 Shafar 1443 H
         27 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-51 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Merupakan Rukun Sholat & Keutamaannya Bag 03
══════════════════   

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 


Syaikh Al Albani rahimahullah menjelaskan tentang 

[ رُكْنِيَّةُ الفَاتِحَةِ وَفَضَائِلُهَا ] 

Tentang masalah bahwa Al-Fatihah ini rukun shalat, dan keutamaan-keutamaan dari surat Al-Fatihah. 

Ketika kita mengatakan
{ إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ }

“Hanya kepadaMu kami beribadah ya Allah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan” 

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawabnya:
<< فَهَذِهِ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ >> 

"Ini adalah antara Aku dengan hambaKu"
-> Ini antara Aku (antara Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan hambaKu. 

<< وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ >> 

"Dan untuk hambaKu apa yang dia minta" 

Seorang hamba kemudian mengatakan, 

{ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰ⁠طَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ }
Ini permintaan. 
"Tunjukilah kami jalan yang lurus" 

Allah Subhanahu wa Ta’ala tadi mengatakan:
<< وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ >>
"Dan untuk hambaKu apa yang dia minta" 

Kemudian kita meminta
{ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰ⁠طَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ } 

"Tunjukilah kami jalan yang lurus" 

{ صِرَ ٰ⁠طَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ } 

"Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri kenikmatan kepada mereka, bukan orang-orang yang Engkau murkai dan juga bukan orang-orang yang Engkau sesatkan (bukan orang-orang yang tersesat)" 

<< فَهَؤُلَاءُ لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ >> 

"Perkataan-perkataan itu adalah untuk hambaKu, dan untuk hambaKu apa yang dia minta." 

Kita selalu berdoa meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberikan petunjuk jalan yang lurus.
Jalan yang lurus itu jalan siapa? 
Jalan orang-orang yang diberikan kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala; (1) bukan jalannya orang yang dimurkai, (2) bukan jalannya orang yang tersesat . 

Siapa yang dimurkai? 
Kaum Yahudi.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain. 
Kenapa mereka dimurkai? 
Karena mereka mengetahui sesuatu tapi tidak diamalkan. Punya ilmunya; mereka tahu bahwa Islam itu haq, agama yang haq. 

{ ٱلَّذِینَ ءَاتَیۡنَـٰهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ یَعۡرِفُونَهُۥ كَمَا یَعۡرِفُونَ أَبۡنَاۤءَهُمۡۖ }
"Mereka adalah orang-orang yang Kami beri kitab, yang mereka tahu kitab tersebut sebagaimana mereka tahu anak-anak mereka." 

Ini orang-orang Yahudi, tapi mereka tidak mau masuk Islam. Tidak mau menerima kebenaran Islam, padahal mereka tahu Islam ini yang benar. Makanya Allah murka kepada mereka. 

Kalau kita tidak ingin dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berusahalah untuk mengamalkan ilmu kita; yang sampai kepada kita, kita amalkan. Semangatlah untuk beramal, semangatlah untuk menerapkan ilmu, semampu kita tentunya. Tapi ada semangat, ada usaha. Kalau mampu, kita lakukan. Kalau memberatkan, kita lihat apakah itu wajib ataukah sunnah. 

Kalau kita mampu, walaupun sunnah - kita lakukan dan kita semangat untuk melakukannya. Baru ketika kita merasa berat, sangat memberatkan kita, baru kita lihat. Kalau wajib tetap kita lakukan; kalau sunnah maka bisa kita tinggalkan untuk kita lakukan di kesempatan yang lain, yang di kesempatan tersebut kita mudah atau ringan dalam menjalankannya. 

Orang Yahudi (adalah) orang-orang yang sudah tahu ilmunya tapi mereka tidak mau mengamalkannya. 

Yang kedua, jalan orang-orang yang tersesat. Kita meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dijauhkan dari jalan orang-orang yang tersesat. 

Siapakah mereka? 
Mereka kaum Nasrani.
Kenapa dikatakan tersesat? 
Karena mereka tidak tahu ilmunya, tapi menjalankannya. Beramal tidak berdasarkan ilmu. 

Ini kebalikan dari orang-orang Yahudi. Ini menunjukkan bahwa kaum Nasrani tidak sepintar kaum Yahudi dalam masalah-masalah agama. Makanya di dalam agama Nasrani kita akan menemukan banyak sekali masalah-masalah dalam kaidah-kaidah agama mereka yang sangat prinsipil sekali. 

Seperti misalnya kaidah ketuhanan. Prinsip ketuhanan mereka, itu sangat tidak masuk akal, berbeda dengan prinsip ketuhanan di kaum Yahudi. Sangat tidak masuk akal dan banyak hal-hal yang menjadi tanda tanya besar di dalam agama Nasrani apabila kita menelitinya. Misalnya perbedaan antara kitab Injil yang satu dengan kitab Injil yang lainnya, perbedaannya besar. Kalau kitab Injil itu benar-benar dari Nabi Isa, masih murni, benar-benar dari Nabi Isa, harusnya tidak ada perbedaan seperti itu. Kenapa perbedaannya banyak sekali dan perbedaannya sangat bertentangan antara satu dengan yang lainnya. 

Ini isyarat ya dalam surah Al-Fatihah, bahwa bahwa orang-orang Yahudi lebih pintar dalam masalah agamanya daripada orang-orang Nasrani. 

Makanya orang Yahudi disebut di dalam Al-Fatihah,  mereka kaum yang dimurkai, karena mereka mengetahui ilmunya tapi tidak mengamalkannya. Sedangkan kaum Nasrani mereka tidak tahu ilmu, mereka jahil, tapi melakukan sesuatu tanpa dasar-dasar ilmu. 

Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari keadaan-keadaan ini. 

Kita sebagai kaum muslimin, kita ambil kebaikan dari keduanya dan kita buang keburukan dari keduanya. Kita ambil ilmunya, kita mencari ilmu sebaik sekuat mungkin dan kita beramal sekuat mungkin. Inilah cara kita mengambil kebaikan dari dua kaum ini dan membuang keburukan dari dua kaum ini. Yang baik-baik kita ambil, yang buruk-buruk kita hilangkan. 

Jadilah seorang muslim yang sejati, seorang muslim yang semangat dalam menuntut ilmu, sehingga bertambah ilmunya, dan ilmu tersebut kita berusaha untuk menjalankannya dengan sekuat tenaga.
________ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Kamis, 23 September 2021

Audio ke-50 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Merupakan Rukun Sholat & Keutamaannya Bag 02

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-50
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 WebsiteGiS: https://grupislamsunnah.com/

🗓 JUM'AT
         17 Shafar 1443 H
         24 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-50 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Merupakan Rukun Sholat & Keutamaannya Bag 02

═══════════════════    
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 

Syaikh Al Albani rahimahullah menjelaskan tentang 

   [ رُكْنِيَّةُ الفَاتِحَةِ وَفَضَائِلُهَا ] 

Tentang masalah bahwa Al-Fatihah ini rukun shalat, dan keutamaan-keutamaan dari surat Al-Fatihah. 

Ada hadits lain yang menunjukkan keutamaan membaca Al-Fatihah. Hadits yang ketiga ini menjelaskan kepada kita tentang salah satu dari keutamaan membaca surat Al-Fatihah. Dan hadits ini adalah hadits qudsi, hadits yang di dalamnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: 

(( قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى )) 
"Allah berfirman" 

Ini hadits qudsi ini sama-sama firman Allah, yang jelas-jelas di situ dikatakan "Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman" tapi dia bukan bagian dari Al-Qur’an. 

Jadi firman Allah tidak semuanya Al-Qur’an. Ada firman Allah yang merupakan hadits/yang masuk dalam kategori hadits, hadits tersebut hadits qudsi. Beda antara hadits qudsi dengan Al-Qur’an: biasanya dari redaksinya.
Kalau Al-Qur’an redaksinya tidak mungkin berubah-ubah.
Kalau hadits qudsi bisa berubah-ubah redaksinya. Sampainya ke kita redaksinya bisa berubah-ubah, sebagaimana hadits ini. Redaksinya berbeda-beda antara satu hadits dengan hadits yang lainnya, padahal hadits tersebut hadits qudsi, maksudnya firman Allah Subhanahu wa Ta'ala langsung. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, 
(( قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى )) 

"Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman" 

(( قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ ))  

"Aku membagi shalat menjadi dua bagian antara Aku dengan hambaKu" 

Di sini dikatakan "Aku membagi sholat", tapi yang dimaksud dengan makna "shalat" adalah Al-Fatihah. Ini bahasa Arab. Bahasa Arab itu luas, tidak ada
kata-kata seperti ini dalam bahasa Indonesia. Yang diinginkan "Al-Fatihah" tapi yang disebutkan kata "shalat". 

Ini termasuk menginginkan bagiannya, tapi menyebut dengan sebutan semuanya.
Ada "uslub"/metode dalam bahasa Arab seperti ini. Sebenarnya yang diinginkan bagian tertentu, tapi dia sebutkan semuanya. 

Apa fungsinya/kegunaan dari metode ini? Untuk menunjukkan bahwa bagian itulah merupakan bagian yang sangat penting di dalam shalat. Menunjukkan bahwa Al-Fatihah itu bagian yang sangat penting di dalam shalat, karena Al-Fatihah disebut dengan nama shalat. 

(( قَسَمْتُ الصَّلَاةَ  )) 
" Aku membagi shalat" 

Yang dimaksud oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Aku membagi Al-Fatihah".
Aku membagi Al-Fatihah menjadi 2 bagian antara Aku dengan hambaKu. 

(( فَنِصْفُهَا لِيْ وَنِصْفُهَا لِعَبْدِيْ )) 

"Setengahnya untukKu dan setengahnya untuk hambaKu" 

(( وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ )) 

"dan untuk hambaKu apa yang dia minta" 

وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 

"Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyabdakan: 

(( اِقْرَؤُوْا : يَقُوْلُ العَبْدُ : {ٱلۡحَمۡدُ لِله رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ} )) 

Bacalah! Seorang hamba mengatakan:
{ ٱلۡحَمۡدُ لِله رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ } 

Di awal hadits, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan "Aku membagi Al-Fatihah menjadi 2 bagian". Setelah itu langsung membaca "alhamdulillahirabbil 'alamin". 

Mana "Bismillah"nya? Kenapa Bismillah tidak disebutkan? Makanya dengan hadits ini Syaikh Utsaimin rahimahullah  mengatakan bahwa Bismillah bukan bagian dari Al-Fatihah. Syaikh Utsaimin rahimahullah berdalil dengan hadits ini untuk menyimpulkan hukum bahwa Bismillah itu bukan bagian dari Al-Fatihah. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan "Aku membagi shalat menjadi dua bagian". Maksudnya "Aku membagi Al-Fatihah menjadi dua bagian" dan tidak menyebutkan Bismillah. 

Tapi jumhur ulama/mayoritas ulama mengatakan bahwa Bismillah termasuk bagian dari Al-Fatihah karena adanya hadits yang khusus menjelaskan hal itu. Dan Al-Qur’an, bisa dalam satu surat, pertamanya tidak lengkap surat itu; kemudian turun ayat untuk ditambahkan ke surat itu. Bisa jadi seperti ini. Dan mungkin Al-Fatihah juga turunnya dengan cara seperti, ini tidak langsung ada Bismillah-nya. Bisa jadi seperti itu. Dan ini bisa menjadi jawaban bagi pendapat yang dikemukakan oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah, wallahu'alam. 

(( يَقُوْلُ العَبْدُ )) 

"Seorang hamba mengatakan"
{ ٱلۡحَمۡدُ لِله رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ } 

(( يَقُوْلُ الله تَعَالَى ))
Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawabnya dengan mengatakan: 
(( حَمِدَنِيْ عَبْدِيْ )) 

"HambaKu telah memujiKu" 

(( يَقُوْلُ العَبْدُ {ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ} )) 

Seorang hamba mengatakan
{ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ } 

Allah berfirman: "HambaKu menyanjungKu" 

{ ٱلۡحَمۡدُ لِله رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ } 

"Segala puji bagi Allah..," 

Ketika kita mengatakan demikian, "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam" 

Allah menjawabnya dengan mengatakan:

(( حَمِدَنِيْ عَبْدِيْ )) 

bahwa "hambaKu sudah memujiKu". 

Ketika kita katakan
{ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ } 

"Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" 

maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawabnya: 
((مَجَّدَنِيْ/ أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِيْ )) 

"HambaKu telah menyanjungKu" 

(( يَقُوْلُ العَبْدُ {مَـٰلِكِ یَوۡمِ ٱلدِّینِ} )) 

Seorang hamba mengatakan
{ مَـٰلِكِ یَوۡمِ ٱلدِّینِ }
"Yang menguasai hari pembalasan" 

Ketika kita mengatakan seperti ini, Allah jawab dengan mengatakan: 

(( مَجَّدَنِيْ عَبْدِيْ )) 

"HambaKu telah memuliakanKu" 

(( يَقُوْلُ العَبْدُ : { إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ } )) 

Seorang hamba mengatakan, "Hanya kepadaMu ya Allah kami beribadah" 

{ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ } 

"dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan" 

Ini ikrar kita setiap shalat. Inilah ikrar tauhid. Inilah tauhid yang kita ikrarkan di setiap shalat. Makanya sangat aneh apabila ada orang-orang yang melakukan kesyirikan padahal dia setiap shalatnya mengatakan ikrar tauhid ini. 
"Hanya kepadaMu kami beribadah"; 
kami tidak beribadah kepada yang lain; hanya kepadaMu ya Allah. 
"Dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan";
kami tidak meminta pertolongan kepada yang lainnya; tidak kepada jin, tidak kepada arwah, tidak kepada dewa-dewa (kalau ada dewa), tidak kepada hambaMu yang lain, yang dia tidak punya kemampuan dalam memberikan pertolongan tersebut. 

Minta kepada orang lain dibolehkan, tapi hanya pada hal-hal yang dia mampui, kalau tidak dia mampui maka kita tidak boleh. Kalau tidak dimampui kecuali oleh Allah, kita tidak boleh meminta kepada hamba permintaan tersebut. Misalnya meminta kesehatan kepada dokter, tidak boleh. Yang memberikan kesehatan siapa? Allah. Kita tidak boleh meminta kepada dokter: kesehatan. Kita boleh meminta resep, boleh meminta obat, tapi kalau kesehatan tidak boleh. 

{ وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ } 

"Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan"
Dialah yang menyehatkan. 

Kalau sesuatu tersebut hanya dimampui oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita tidak boleh minta pertolongan kepada hamba untuk sesuatu itu. Tidak boleh meminta kepada hamba sesuatu tersebut. 
Misalnya keselamatan. "Saya meminta keselamatan kepadamu", ini tidak boleh. Keselamatan itu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Misalnya meminta rezeki, tidak boleh: "berikan aku rezeki". Rezeki itu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya Allah yang mampu memberikan rezeki, bukan yang lain. 
"Aku meminta hidup", tidak boleh. Yang menghidupkan kita Allah Subhanahu Ta'ala. 
"Aku meminta anak", tidak boleh. Yang memberikan kita keturunan (adalah) Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Adapun hal-hal yang dimampui oleh manusia, maka dibolehkan. Meminta resep obat, meminta makanan, meminta bantuan untuk misalnya dijaga. Orang bisa menjaga. Tapi untuk selamat, tidak. Keselamatan diusahakan, iya. Tapi yang memberikan keselamatan itu adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

{ إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ } 

"Hanya kepadaMu kami beribadah ya Allah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan" 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Selasa, 21 September 2021

Audio ke-48 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Cara Rasulullah Membacanya

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-48
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 RABU
         15 Shafar 1443 H
         22 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-48 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ Cara Rasulullah Membacanya

═══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 


Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam setelah Beliau membaca istiftah, Beliau biasanya membaca ta'awudz, yaitu berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari syaitan yang terkutuk. Kemudian setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca basmalah: 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Kemudian setelah membaca "bismillahirrohmanirrohim" dengan suara yang lirih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 

meneruskan Al-Fatihah-nya. Dan Beliau ketika membaca Al-Fatihah ini memotongnya ayat demi ayat, tidak menyambungnya. 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ 

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ 

اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ 

صِرَاطَ الَّذِيۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ ۙ غَيۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡنَ 

Ayat demi ayat Beliau baca. Beliau tidak menyambung. Ini di antara sunnah dalam membaca Al-Qur'an; ayat itu diletakkan ada batasan-batasannya agar kita membacanya sama seperti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca Al-Quran. 

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu ketika membaca Al-Qur'an, tidak, kebiasaan Beliau tidak menyambung antara satu ayat dengan ayat yang lainnya. Walaupun kadang-kadang maknanya belum sempurna, walaupun kadang-kadang suatu ayat maknanya belum sempurna, tapi diputus oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Kita juga mengikutinya seperti misalnya ayat di dalam surat Al Maa'un. 

{ فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ } 

Di situ ada ayat, padahal artinya "celakalah orang-orang yang shalat".
Artinya belum sempurna. 

{ ٱلَّذِینَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ } 

Sampai [ َسَاهُوْن ] ini sempurna, 
"yaitu orang-orang yang lalai dari menjalankan shalatnya". 

Tapi inilah sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau ketika membaca ayat tersebut, Beliau potong ayat demi ayat, dan cara membaca surat tersebut Beliau potong ayat demi ayat. 

Di dalam surat Al-Baqarah juga, ada sebuah ayat yang maknanya tidak sempurna tapi dipotong oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah berhenti sampai di situ, kemudian setelah itu meneruskan, 

{ كَذَ ٰ⁠لِكَ یُبَیِّنُ ٱللهُ لَكُمُ ٱلۡـَٔایَـٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَتَفَكَّرُونَ } { فِی ٱلدُّنۡیَا وَٱلۡـَٔاخِرَةِۗ } 

Kata-katanya { لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ }
"agar kalian berpikir", berhenti di situ padahal itu belum sempurna. 

Ayat selanjutnya { فِی ٱلدُّنۡیَا وَالآخِرَةِۗ } 
"di dunia dan di akhirat" 

Maksudnya "agar kalian berpikir di dunia dan di akhirat" tapi dipotong di situ. 

{ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ } 

Agar kalian ingat di dunia dan di akhirat.  Maka kita sebagai umatnya ketika membaca Al-Qur'an juga demikian. Kita afdalnya memotong ayat per ayat. Ada juga ayat-ayat yang lain seperti itu. Jadi maknanya belum sempurna, tapi ada ayat di situ, tetap kita memotongnya, tidak kita sambung. Ini sunnah ya, tidak berarti kalau disambung jadi haram, tidak, tapi meninggalkan yang lebih afdol. 

Makanya Syaikh Albani rahimahullah di sini, ia mengatakan, "kemudian Beliau membaca surat Al-Fatihah dengan memenggalnya ayat demi ayat" 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
kemudian berhenti. 
Kemudian membaca
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
kemudian berhenti. 
Kemudian membaca
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
kemudian berhenti. 
Kemudian membaca 
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
dan demikian selanjutnya, demikian seterusnya hingga akhir surat. 

Demikianlah cara Beliau membaca semua ayat dalam Al-Qur'an. Beliau berhenti pada akhir ayat dan tidak menyambungnya dengan ayat setelahnya. Ini sunnah dalam membaca Al-Qur'an. Kita membaca ayat per ayat.  

Kemudian beliau di sini menyebutkan 

وَكَانَ تَارَةً يَقُوْلُهَا  مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنَ 

Dahulu Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam terkadang membaca Al-Fatihah dengan bacaan 'malikiyaumiddin'.
Kalau bacaan yang biasa:  'maaliki yaumiddin'. Tetapi di dalam sebuah riwayat beliau menyebutkan bahwa Beliau membacanya 'malikiyaumiddin' dengan memendekkan 'mim'-nya. 

Di zaman ini para ulama mewajibkan kita membaca Al-Fatihah sesuai dengan riwayat masing-masing. Tidak boleh kita mencampur antara riwayat yang satu dengan riwayat yang lainnya. 

Oleh karenanya kita ketika membaca Al-Fatihah, maka kita cukupkan dengan satu riwayat. Ada riwayat yang 'malikiyaumiddin' ya silakan dibaca dari awal sampai akhir dengan riwayat itu.
Ada riwayat yang 'maaliki yaumiddin',  silakan dibaca riwayat itu dari awal Al-Fatihah sampai akhir Al-Fatihah. 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Senin, 20 September 2021

Audio ke-47 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ tentang Basmallah

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-47
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

🗓 SELASA
         14 Shafar 1443 H
         21 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-47 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ tentang Basmallah
═══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 

Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam setelah Beliau membaca istiftah, Beliau biasanya membaca ta'awudz, yaitu berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari syaitan yang terkutuk. 

Kemudian setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca basmalah (bismillahirrohmanirrohim) 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 

Bismillah ini bagian dari surat Al-Fatihah. Ada khilaf di antara para ulama dalam masalah ini, apakah bismillah itu ayat dari Al-Fatihah, ataukah tidak. Pendapat yang kuat (adalah) yang mengatakan bahwa bismillah itu bagian dari Al-Fatihah. Sehingga wajib dibaca. Menjadi rukun dalam shalat kita. Karena membaca Al-Fatihah adalah rukun shalat, sehingga Al-Fatihah harus dibaca dari awal sampai akhir. 

Kalau kita mengatakan bahwa bismillah itu bagian dari Al-Fatihah, maka berarti bismillah harus dibaca. Dan ada hadits khusus yang dihasankan oleh Syaikh Albani dan dihasankan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al A'bad juga, bahwa bismillah itu bagian dari Al-Fatihah. Sehingga pendapat ini lebih kuat, yang mengatakan bahwa bismillah itu bagian dari Al-Fatihah. 

Ada yang mengatakan, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa bismillah itu ayat terpisah. Bismillah itu ayat yang berdiri sendiri dan dia dibaca sebelum membaca surat-surat. Sebelum membaca surat-surat kita disunahkan untuk membaca ayat ini yaitu bismillahirohmanirohim. 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 

Dia menjadi bagian dari ayat surat An-Naml: 

{ إِنَّهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ } 

Ada di surat An-Naml. Dan bismillah ini disunnahkan untuk dibaca sebelum membaca surat-surat. Ini salah satu pendapat. Tapi pendapat yang kuat mengatakan bahwa "bismillahirrohmanirrohim" bagian dari surat An-Naml; dia juga bagian dari surat Al-Fatihah. Sehingga ketika kita shalat kita wajib membaca bismillah. 

Adapun ta'awudz; dikatakan oleh Syaikh Albani dalam ringkasan Kitab Sifat Shalat Nabi. Syaikh Albani setelah menulis kitab ini, beliau menulis kitab lain yang lebih kecil dari ini, namanya Mukhtashar Sifat Shalat Nabi (ringkasan dari sifat shalat Nabi). Syaikh Albani dalam kitab itu (kecil dia, hanya beberapa halaman) beliau mengatakan bahwa membaca ta'awudz itu wajib. 

Kenapa wajib? 
1) Karena diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.  
2) Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjalankannya. 

Dan Rasulullah mengatakan: 

(( صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ )) 

"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat" 

Makanya beliau mewajibkan membaca ta'awudz. Namun pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa ta'awudz ini sunnah, tidak sampai pada derajat wajib, dan ini pendapat mayoritas ulama. 

Kemudian setelah itu membaca bismillahirohmanirohim. Beliau tidak  membacanya dengan keras. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjadi imam dan membaca keras bacaan Al-Fatihah-nya, Beliau tidak membaca "bismillahirrohmanirrohim" dengan dengan keras. 

Kalau ada yang mengatakan, "Bukankah bismillahirohmanirohim adalah bagian dari Al-Fatihah? Kenapa dibedakan antara bagian-bagian Al-Fatihah itu; yang 'bismillahirrohmanirrohim' di-sir-kan atau dilirihkan suaranya, mulai 'alhamdulillah' di-jahr-kan atau dikeraskan suaranya?". Maka kita katakan: yang membedakan itu adalah tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, contoh yang datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena Beliau membedakan, kita juga membedakannya. 

Makanya kita membaca "Aamiin" dengan jahr, dengan suara yang keras, padahal Aamiin bukan ayat dari Al-Fatihah. Tidak ada yang mengatakan Aamiin itu ayat dari Al-Fatihah tapi kita jahr-kan, kita keraskan suaranya. 

Kenapa kita keraskan?  
Karena kita mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Yang bukan ayat dari Al-Fatihah bisa kita keraskan karena mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; yang bagian dari Al-Fatihah bisa kita lirihkan karena alasan yang sama, yaitu mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

🌏 WebsiteGiS: grupislamsunnah.com
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Minggu, 19 September 2021

Audio ke-46 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ tentang Ta'awudz

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-46
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 WebsiteGiS: https://grupislamsunnah.com/

🗓 SENIN
         13 Shafar 1443 H
         20 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-46 : Pembahasan Membaca Al Fatihah ~ tentang Ta'awudz 


═══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 

Pada kajian yang sebelumnya kita sampai pada pembahasan tentang doa istiftah yang disunnahkan untuk dibaca setelah takbiratul ihram. Dan kita sudah membahas 12 macam doa istiftah yang disebutkan oleh syaikh Albani rahimahullah. 

Kemudian beliau membahas tentang masalah membaca Al Fatihah. 
Masalah membaca Al Fatihah dan ayat atau surat. 

Setelah Beliau membaca istiftah Beliau biasanya membaca ta'awudz, yaitu berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari syaitan yang terkutuk. Dan di antara bacaan yang dibaca oleh Beliau, bacaan taawudz yang dibaca oleh Beliau, adalah yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam kitabnya ini. 

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ 

"Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk dari kegilaannya,  kesombongannya dan syairnya yang tercela yang dibisikkan olehnya."  

Ini di antara bacaan taawudz-nya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 

Kenapa kita membaca ta'awudz? 
Karena syaitan sangat semangat sekali dalam menggoda orang yang shalat. Bisa dibayangkan ya, syaitan itu ketika ada adzan dia lari terbirit-birit sampai terkentut-kentut, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tapi setelah itu langsung kembali lagi ke masjid untuk menggoda orang yang shalat, padahal tadi larinya itu sampai dia tidak mendengar lagi adzan, lari jauh.. tapi setelah itu kembali lagi ke masjid.  

Ini semangat syaitan dalam menggoda kaum muslimin yang sedang shalat,  karena shalat ini ibadah yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalat inilah yang menghubungkan antara seorang hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Semakin kita banyak shalat semakin tinggi derajat kita di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Setiap kita sujud Allah mengangkat derajat kita. Semakin kita banyak bersujud semakin tinggi derajat kita di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Dan shalat ini sangat dicintai oleh Allah. Makanya pertama kali Allah perintahkan kita shalat, Allah inginnya 50 kali dalam sehari semalam. 50 kali, karena Allah sangat mencintai ini. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diminta oleh Nabi Musa untuk meminta keringanan. Diringankan menjadi 45, menjadi 40, 35, 30, sampai akhirnya tinggal 5. Tinggal 5 waktu. Tapi atas kemurahan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Allah memberikan pahala 50, dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak 10 kali lipat. 

Shalat ini sangat dicintai oleh Allah subhanahu wa Ta'ala dan sangat besar pahalanya bagi seorang hamba. Makanya syaitan sangat semangat untuk merusak shalat kita. 

Oleh karenanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan kepada kita agar kita membaca ta'awudz ini, agar kita berlindung dari syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan syairnya yang dibisikkan ketika shalat. 

Di antara bacaan taawudz yang dibaca oleh Beliau adalah: 

أَعُوذُ بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِن الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ 

Ada tambahan : والسميع العليم 

"Aku berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya, dan dari syairnya yang tercela yang dibisikkan olehnya." 

Apakah kita boleh membaca sebagian dari ta'awudz ini? Kita katakan boleh. Karena di dalam Al-Qur'an di surah An-Nahl disebutkan dengan perintah yang mutlak, 

{ فَإِذَا قَرَأْتَ القُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ } 

"Apabila engkau hendak membaca Al-Qur'an maka mintalah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." 

Tidak ada tambahan

ِمِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ 

Tapi Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkannya hanya sampai "dari godaan syaitan yang terkutuk".
Sehingga apabila sebelum membaca "bismillah" kita hanya membaca:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ 

sudah cukup. Sudah menjalankan sunnah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk membaca ta'awudz. 

Akan tetapi kalau kita membacanya sempurna sebagaimana dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam riwayat-riwayat ini, maka itu yang paling afdal. 

Riwayatnya yang satu mengatakan, 

أَعُوذُ بِاللهِ مِن الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ 

Yang satunya ada tambahan السميع العليم 

أَعُوذُ بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِن الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Kamis, 16 September 2021

Audio ke-45 : Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Kesepuluh, Kesebelas, dan Keduabelas

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-45
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 WebsiteGiS: https://grupislamsunnah.com/

🗓 Jum'at
         10 Shafar 1443 H
         17 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-45 : Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Kesepuluh, Kesebelas, dan Keduabelas

═══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi sa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 

Kita sampai pada pembahasan doa-doa istiftah. 

Doa istiftah yang kesepuluh:
Ini juga biasa Beliau baca ketika shalat sunnah malam: 

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ 

"Ya Allah, Tuhan Malaikat jibril, Mikail, dan Israfil, Tuhan Pencipta segenap langit dan bumi, Tuhan Yang Maha Mengetahui semua yang ghaib dan yang nyata. Engkaulah yang akan menghakimi para hamba-Mu mengenai apa saja yang mereka perselisihkan. Dengan izin-Mu berilah aku petunjuk memilih kebenaran dan apa'yang mereka perselisihkan. Engkaulah yang member! petunjuk siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus."

Ini di antara doa istiftah yang dibaca oleh Beliau ketika shalat malam. 

Doa istiftah yang kesebelas:
Beliau bertakbir 10 kali: mengatakan Allahu Akbar 10x; 
bertahmid 10 kali mengatakan: Alhamdulillah 10x; 
kemudian bertasbih 10 kali: Subhanallah;
kemudian bertahlil 10 kali: Laa ilaha illallah mengucapkan 10 kali, 
dan beristighfar 10 kali: Astaghfirullah 10x; dan membaca: 

اللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَاهْدِنِيِ وَارْزُقْنِيْ  وَعَافِنِيْ 

Ini doa yang kesebelas. Doa istiftah yang kesebelas juga lumayan panjang kalau dibaca semuanya. 

Bertakbir 10 kali, kemudian mengatakan 
Alhamdulillah 10 kali, Subhanallah 10 kali,  tahlil 10 kali: Laa ilaha illallah, kemudian 
beristighfar 10 kali; 

( اَللهُ أَكْبَرُ   اَلْـحَمْدُ لِله  سُبْحِانَ اَللهُ   لَا اِلَهَ إِلَّا اَللهُ   أَسْتَغْفِرُ اَللهُ  10x @)   

"Allah Mahabesar (10x), segala puji milik Allah (10x), Mahasuci Allah (10 x), tidak ada tuhan kecuali Allah (10x), aku mohon ampun kepada Allah (10x).

Kemudian setelah itu membaca: 

اللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَاهْدِنِيِ وَارْزُقْنِيْ  وَعَافِنِيْ 

Kemudian setelah itu membaca
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ 

Membaca doa tersebut sebanyak 10 kali juga. 

اللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَاهْدِنِيِ وَارْزُقْنِيْ  وَعَافِنِيْ 

"Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, dan berilah aku keselamatan" (10x)

Dibaca 10 kali.
Setelah itu membaca: 

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الحِسَابِ 

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penderitaan pada hari menghadapi perhitungan amal di akhirat" (10x)

Mungkin kalau doa ini ditulis mungkin menjadi doa yang paling panjang. Ditulis semuanya mungkin doa ini menjadi doa yang paling panjang. Karena Allahu Akbar 10 kali ini termasuk panjang; kemudian Alhamdulillah 10 kali, kemudian mengatakan Subhanallah 10 kali, mengucapkan tahlil Laa ilaha illallah 10 kali, mengucapkan istighfar 10 kali kemudian membaca: 

اللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَاهْدِنِيِ وَارْزُقْنِيْ  وَعَافِنِيْ  10x  

Kemudian setelah itu membaca: 

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الحِسَابِ 

Kalau kita lihat dari doa-doa yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullah di kitab ini, doa yang paling panjang adalah doa yang kesebelas ini. Doa istiftah yang paling panjang adalah doa yang kesebelas. 

Kemudian doa istiftah yang terakhir (ke-12) adalah: 

اللهُ أَكْبَرُ 3x 

ذُوْا المَلَكُوْتِ وَالجَبَرُوْتِ وَالكِبْرِيَاءِ وَالعَظَمَةِ 

Membaca: 

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ ذُوْ الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ 

"Allah Mahabesar (3 kali), Tuhan Pemilik seluruh kekuasaan, Pemilik segala keperkasaan, Pemilik semua kebesaran, dan Pemilik semua keagungan."

Inilah doa-doa istiftah yang bisa kita jadikan sebagai variasi doa istiftah kita ketika kita shalat. Kalau bisa semuanya dihafalkan dan kita amalkan dengan pengamalan yang berbeda-beda. Kadang membaca doa yang nomor 1 misalnya, kadang membaca yang ke-12, kadang membaca yang ke-9, kadang membaca yang ke-11. 

Dan semangatlah untuk menerapkannya. Kalau kita tidak terapkan, kita tidak akan hafal doa-doa tersebut. Kalau kita pernah menerapkannya dalam suatu waktu, biasanya kita akan hafal terus doa tersebut, maka sebaiknya demikian. 

Kita benar-benar ingin mengikuti nabi kita Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam dalam shalat kita, maka amalkanlah variasi-variasi doa istiftah ini yang diajarkan oleh Beliau kepada kita. 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Rabu, 15 September 2021

Audio ke-44 : Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Kedelapan dan Kesembilan

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           ☛ Pertemuan ke-44
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 WebsiteGiS: https://grupislamsunnah.com/

🗓 Kamis
         09 Shafar 1443 H
         16 September 2021 M

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚    Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.

💽 Audio ke-44 : Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Kedelapan dan Kesembilan


═══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shalallahu 'Alaihi sa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya). 

Kita sampai pada pembahasan doa-doa istiftah. 

Doa istiftah yang kedelapan: 

الْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ 

_"Segala puji milik Allah dengan pujian yang sangat banyak, baik, dan penuh berkah."_ 

Ini juga sangat ringkas dan punya keutamaan khusus karena adanya hadits nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam: 

(( لَقَدْ رَأَيْتُ اثْنَيْ عَشَرَ مَلَكًا يَبْتدِرُونَها أيُّهُمْ يَرْفَعُهَا )) 

"Aku telah melihat ada 12 malaikat saling memperebutkannya, siapa di antara mereka yang membawanya naik ke langit menghadap Allah subhanahu wa ta'ala." 

Di antara doa istiftah adalah doa nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang juga panjang ya. Doa panjang ini biasa dibaca oleh Nabi kita Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam ketika shalat malam. Dan bahwa Rasulullah ketika shalat malam memang panjang sekali. 
Beliau membaca kadang dalam satu rakaat surat Al-Baqarah dari awal sampai akhir. Satu rakaat. Ini menggambarkan kepada kita betapa semangatnya Beliau dalam beribadah, betapa tahannya Beliau dalam melakukan amalan-amalan ketaatan. Surat Al-Baqarah kalau dibaca bisa sampai satu jam lebih, kalau bacanya pelan bisa sampai satu jam lebih, baca biasa sampai satu jam lebih karena dua juz setengah. Kita bisa bayangkan bagaimana lamanya. 

Kemudian di rakaat kedua Beliau membaca surat Ali-Imran. Surat Ali-Imran ini juga panjang, dimulai di pertengahan juz ketiga sampai lima halaman sebelum juz kelima. Ini panjang. Kemudian setelah itu Beliau membaca surat An-Nisa sampai selesai. Kemudian setelah itu membaca surat Al-Maidah sampai selesai. Bayangkan, bagaimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dahulu semangat dalam beribadah. 

Karena panjangnya shalat ini, Rasulullah memanjangkan doa istiftahnya juga. Yang biasa Beliau baca adalah doa ini: 

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ الْحَقُّ، وَالْجَنَّهُ حَقُّ، وَالنَّارُ حَقُّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقُّ، وَمُحَمَّدٌحَقُّ 

_"Ya Allah, segala puji milik-Mu. Engkaulah cahaya seluruh langit dan bumi serta segenap makhluk yang ada padanya. Segala puji milik-Mu. Engkaulah Pemelihara seluruh langit dan bumi serta segenap makhluk yang ada padanya. Segala puji milik-Mu. Engkaulah Penguasa segenap langit dan bumi serta segenap makhluk yang ada padanya. Segala puji milik-Mu, Engkaulah Yang Mahabenar, janji-Mu mahabenar, firman-Mu mahabenar, pertemuan dengan-Mu mahabenar, adanya surga mahabenar, adanya neraka mahabenar, adanya kiamat mahabenar, adanya para nabi mahabenar, dan adanya Muhammad صلى الله عليه وسلم (sebagai rasul-Mu) mahabenar."_ 

  [ وَمُحَمَّدٌحَقُّ ]

Padahal yang membaca siapa? Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Nabi Muhammad Beliau mengatakan sendiri bahwa "Muhammad itu haq". Ini bantahan yang telak kepada orang yang mengatakan tidak boleh kita merasa benar sendiri. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam merasakan ini. Beliau merasa benar. Kenapa kita tidak boleh? Merasa benar sendiri dibolehkan apabila sesuai dengan dalil syar'i. 

Sering kali orang mengatakan demikian, "jangan merasa benar sendiri". Kemudian setelah itu dia meninggalkan sunnah-sunnah nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam; meninggalkan tuntunan nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. 
Kita katakan kita boleh merasa benar asalkan kita punya dalil. Silakan anda juga merasa benar apabila dalil anda kuat. Jangan melarang orang lain merasa benar karena mereka mendasarkan amalannya pada dalil. 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam merasa benar. Kalau Rasulullah tidak merasa benar, untuk apa Beliau pertahankan akidahnya, tuntunannya, dengan mengorbankan jiwa raga Beliau sendiri, yang paling mulia tersebut; dengan mengorbankan para sahabatnya, para kerabatnya. Beliau harus merasa benar. Kalau tidak merasa benar, Beliau tidak akan melakukan hal ini. Dan perkataan Beliau [ ٌّوَمُحَمَّدٌ حَق ] "Muhammad adalah haq", Muhammad itu benar. 

Kalau tidak berdasarkan dalil maka jangan merasa benar sendiri. Dan perkataan "jangan merasa benar sendiri", perkataan itu sebenarnya adalah menyalahkan orang lain, berarti dia merasa benar juga. Ketika dia melarang orang lain, berarti dia melarang sesuatu yang salah. Yang menurut dia salah, berarti dia juga menganggap orang lain salah dan menganggap dirinya yang benar. 

اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ. أَنْتَ رَبُّنَا وَإِلَيْكَ المَصِيْر، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مَنِّيْ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، أَنْتَ إِِلهِيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْتَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ 

_"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri dan bertawakal. Hanya kepada-Mu aku beriman. Hanya kepada-Mu aku bertaubat Hanya kepada-Mu aku mengadu, dan hanya kepada-Mu aku memohon keputusan. Engkaulah Tuhan kami dan Engkaulah tempat kembali. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku yang lalu dan yang akan datang, yang aku lakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Hanya Engkaulah yang lebih tahu daripada aku, Engkaulah yang terdahulu dan Engkaulah yang terakhir. Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan kecuali Engkau dan tiada daya atau kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan-Mu."_ 

Doa ini awalnya tentang pujian, sanjungan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Kemudian menyebutkan keyakinan seseorang tentang sesuatu yang ghaib bahwa dia benar-benar beriman kepada semua yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kemudian setelah itu menyebutkan permintaan untuk diampuni dosa-dosanya. Dan ini biasa dibaca oleh nabi kita Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam ketika shalat malam. 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga  menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah