Rabu, 04 Agustus 2021

Audio ke-14 : Menghadap Kiblat Dalam Kondisi Genting dan Cara Menentukan Ketika Tidak Tahu Samasekali Arah Kiblat

╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                    Whatsapp              
       Grup Islam Sunnah | GiS
           *☛ Pertemuan ke-14*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝ 

🌏 https://grupislamsunnah.com

🗓  KAMIS
         25 Dzulhijjah 1442 H
         05 Agustus 2021 M 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari takbir sampai salamnya seakan-akan Anda melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

💽   Audio ke-14 : Menghadap Kiblat Dalam Kondisi Genting dan Cara Menentukan Ketika Tidak Tahu Samasekali Arah Kiblat

═══════════

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه

Kaum muslimin dan muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS atau Grup Islam Sunnah yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi sa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Baiklah kita lanjutkan kajian kita.

Beliau menjelaskan tentang bagaimana ketika keadaannya sedang genting. Apakah kita disyaratkan harus menghadap kiblat? Maka beliau mengatakan:

وأما في صلاة الخوف الشديد
 
Adapun ketika shalat dalam keadaan kondisi yang takut (sangat genting).

فقد سن صلى الله عليه وسلم لأمته أن يصلوا رجالا، 

Maka Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mensyari'atkan bagi umatnya untuk shalat sambil berjalan.

رجالاً قيامًا على أقدامهم أوركباناً، مستقبلي القبلة أوغير مستقبليها

Bisa dalam keadaan berjalan, berdiri atau di atas kendaraan baik menghadap kiblat ataupun tidak.

Ini karena keadaannya genting. Ini bukti bahwa Islam adalah agama yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Makanya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

ومَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ 
“Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.”

[Al Hajj: 78]

Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menjadikan kesulitan dalam agama ini.

Dan ini dalil bagi kaidah:

"المشقة تجلب التغيير"

Kesulitan itu bisa mendatangkan kemudahan.

Ketika dalam keadaan genting, dalam keadaan sulit, maka Allah dan rasul-Nya mengugurkan banyak kewajiban dalam shalat. 

Menghadap kiblat jadi gugur, berdiri dalam shalat fardhu gugur. Misalnya kita sedang perang (ketakutan) sedang dalam keadaan genting, tiarap misalnya, dalam waktu yang lama. Maka ketika waktu shalat datang dan kita tidak mungkin mengakhirkan lagi, ketika kita tiarap itu kita shalat fardhu. Gugur kewajiban berdiri di shalat fardhu karena keadaannya genting.

Menghadap kemanapun boleh. Di atas kendaraan atau di bawah kendaraan ini juga gugur. Syarat di bawah untuk yang naik kendaraan menjadi gugur karena kesulitan tersebut.

Kemudian Muallif rahimahullah mengatakan:

وقال صلى الله عليه وسلم: إذا اختلطوا، فإنما هو التتكبير والإشارة بالرأس، [البيهقي بسند الصحيحين]

Jika mereka sudah saling berbaur (menyerang) bercampur dalam pertempuran maka yang disyariatkan dalam shalat tersebut hanyalah takbir dan isyarat dengan kepala.

Ini lebih dahsyat lagi, jadi ruku'nya hilang, sujudnya hilang, gerakan-gerakan tertentu hilang semuanya diganti dengan isyarat saja. Mengisyaratkan dengan kepala.

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam  juga pernah bersabda:

وكان صلى الله عليه وسلم يقول: ((مابين المشرق والمغرب قبلة))
 [أخرجه الترمذي ١٧١ وابن ماجه ٣١٧

Arah antara tempat terbitnya matahari timur dan tempat terbenamnya matahari yaitu barat adalah kiblat.

Ini masalah lain, ini masalah perang yang dalam keadaan perang menghadap kiblat juga gugur. 

Sekarang ketika kita tidak bisa menentukan arah kiblat, tapi dalam keadaan aman, bagaimana solusinya? Apakah menghadap kiblat tetap diwajibkan? 

Kalau kita salah maka kita haruskah mengulang shalatnya?

Maka hadits ini menjelaskan hukum tersebut.

وقال جابر رضي الله عنه:

Jabir mengatakan:"

كنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في مسيرة أو سرية، فأصابنا غيم، فتحرينا واختلفنا في القبلة، فصلى كل رجل منا على حدة، فجعل أحدنا يخط بين يديه لنعلم أمكنتنا، فلما أصبحنا نظرناه، فإذا نحن صلينا على غير القبلة، فذكرنا ذلك للني صلى الله عليه وسلم [فلم يأمرنا بالإعادة] وقال: ((قد أجزأت صلاتكم)) 
[أخرجه الدار قطني ١١٠، والحاكم ٢٠٦، والبيهقي ١٠، وله شاهد عند الترمذي، وابن ماجه، وآخر عند الطبراني، وهو مخرج في الإرواء (٢٩٦)

Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah perjalanan atau pasukan kecil (istilahnya syariyyah). Lalu kami ditutupi oleh awan hitam pekat (jadi langitnya mendung). Kami berusaha mencari dan berselisih pendapat.

Akhirnya masing-masing dari kami shalat mengikuti arah berdasarkan tempatnya masing-masing. Dan masing-masing kami juga menggaris di hadapannya (membuat garis di hadapannya) memberikan tanda agar kami dapat mengetahui tempat masing-masing.

Ketika memasuki pagi hari kami melihatnya. Ternyata kami shalat bukan ke arah kiblat. Lantas kami melaporkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memerintahkan kami agar mengulanginya dan Beliau hanya bersabda, "Shalat kalian sudah sah (cukup)."

Kiblatnya salah tapi mereka sudah berusaha mencari arah kiblat. Kalau kita tidak tahu arah kiblat maka kita harus berusaha semaksimal mungkin. 

Makanya kata-katanya "takharrayna" yang artinya berusaha untuk memperkirakan (arah kiblat). Ini menjadi kewajiban. Tidak boleh ketika kita tidak tahu arah kiblat kemudian langsung menentukan arah tanpa berusaha dahulu, misalnya bertanya kepada yang lain atau misalnya sekarang ada aplikasi hp yang bisa memberikan arah kita untuk bisa shalat ke arah kiblat. 

Intinya, harus berusaha semaksimal mungkin untuk menentukan arah kiblat dulu apabila kita tidak tahu arah kiblat. 

Setelah itu baru shalat, kalau ternyata masih salah tidak mengapa kewajibannya sudah digugurkan. 

{لَا يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا}
 
"Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya."

[QS Al Baqarah: 286]

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

Insyaa Allah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

📣 Official Account Grup Islam Sunnah 

📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar